Bulan ini adalah jadwalnya anak saya yang berusia 3 bulan mendapatkan vaksin DPT dan PCV dosis ke-2. Berbeda dengan vaksinasi sebelumnya, kali ini saya mencoba layanan vaksinasi di rumah dari Imuni.
Pengalaman bulan lalu membuat saya mencari-cari berbagai informasi seputar layanan vaksinasi di rumah di daerah Depok dan Tangerang Selatan. Pasalnya, sepulang dari rumah sakit bulan lalu, puteri saya justru batuk-batuk, padahal sebelumnya sehat. Huhu.
Baca tentang: Pengalaman SC ERACS di Awal Tahun 2025
Eits! Saya nggak nyalahin imunisasinya sama sekali. Namun memang, antrian ke dokter spesialis anak yang kami tuju bulan lalu lumayan panjang. Kami pun menunggu cukup lama di sana, bersama dengan anak-anak lain yang sebagian besar bersin dan batuk-batuk. Hiks. Yah, namanya juga masih bayi banget, tentunya risiko terpapar penyakit masih sangat rentan.
Nah, di artikel kali ini, saya mau berbagi seperti apa pengalaman vaksinasi di rumah yang saya lakukan bulan ini bersama Imuni ;)
Perbedaan Vaksinasi dan Imunisasi
Dulu ketika kuliah, salah satu mata kuliah yang jadi favorit saya adalah Imunologi. Makanya, saya aware banget dengan pentingnya pemberian vaksin ini, terutama untuk anak-anak usia dini. Imunisasi ini sangat penting bagi anak-anak, terutama yang masih bayi, sebab sistem kekebalan tubuh mereka belum berkembang secara sempurna untuk melawan berbagai penyakit berbahaya.
Oiya, sebelumnya saya mau tanya dulu, nih, Mae frens sudah tau belum bedanya imunisasi dengan vaksinasi? Hehe. Dua istilah ini sering dianggap sama dan digunakan secara bergantian dalam percakapan sehari-hari. Akan tetapi secara medis, definisi keduanya berbeda dan ini penting untuk dipahami terutama dalam edukasi kesehatan.
Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin ke dalam tubuh, baik melalui suntikan, tetes mulut, atau semprotan. Vaksin berisi bagian dari kuman (bakteri atau virus) yang telah dilemahkan atau dimatikan, atau bahkan hanya bagian tertentu dari kuman tersebut (seperti protein).
Tujuan vaksinasi adalah memicu respons imun tubuh agar bisa mengenali dan melawan penyakit di kemudian hari. Contohnya, saat bayi saya diberi suntikan vaksin DPT, itu disebut vaksinasi.
Imunisasi adalah hasil dari proses vaksinasi, yaitu ketika tubuh berhasil membentuk kekebalan terhadap penyakit tertentu setelah menerima vaksin. Jadi, imunisasi adalah kondisi tubuh yang sudah "belajar" melawan penyakit berkat vaksin yang diberikan. Contohnya, setelah beberapa minggu dari vaksinasi DPT, tubuh bayi saya jadi kebal terhadap difteri, pertusis, dan tetanus. Inilah yang disebut imunisasi.
Singkatnya gini wis, vaksinasi itu prosesnya dan imunisasi itu hasilnya. Semoga nggak bingung ya, ketika nanti teman-teman membaca kata vaksinasi dan imunisasi saya gunakan secara bergantian dalam artikel ini :)
Pentingnya Imunisasi untuk Anak Usia Dini
Mumpung momennya tepat, sekalian ya saya mau sharing tentang mengapa sih imunisasi ini penting banget untuk anak usia dini? Sampai-sampai pemerintah terus menggalakkan program imunisasi untuk menekan angka kematian bayi.
Melindungi Anak dari Penyakit Serius
Imunisasi membantu melindungi bayi dari berbagai penyakit menular yang dapat menyebabkan komplikasi serius, cacat permanen, bahkan kematian. Contohnya termasuk difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), polio, hepatitis B, dan campak. Vaksin bekerja dengan merangsang sistem imun untuk mengenali dan melawan kuman penyebab penyakit jika tubuh terpapar di kemudian hari.
Membentuk Kekebalan Sejak Dini
Bayi memiliki kekebalan alami dari ibu yang hanya bertahan beberapa bulan pertama setelah lahir. Vaksin bisa membantu memperkuat dan membentuk sistem imun bayi secara aktif sehingga ia bisa memiliki pertahanan yang lebih kuat dan bertahan lama terhadap penyakit-penyakit tertentu.
Mencegah Wabah Penyakit dengan Herd Immunity
Ketika banyak anak divaksinasi, penyebaran penyakit menjadi lebih sulit karena terbentuknya herd immunity. Hal ini juga bisa melindungi anak-anak lain yang belum bisa divaksin, seperti bayi yang terlalu kecil untuk menerima vaksin tertentu atau anak dengan kondisi medis tertentu.
Bahasa mudahnya gini deh, misalnya di sebuah kampung ada seekor nyamuk jahat yang bisa menyebarkan penyakit. Tapi... sebagian besar warga kampung itu sudah memakai kelambu khusus anti nyamuk.
Nah, karena hampir semua orang pakai kelambu, si nyamuk jadi kesulitan mencari orang yang bisa digigit. Akhirnya, penyakitnya tidak bisa menyebar, dan orang-orang yang belum bisa pakai kelambu, ikut terlindungi juga.
Kelambu itu ibaratnya seperti vaksin. Semakin banyak orang yang divaksin, maka virus atau bakteri penyebab penyakit tidak bisa menyebar luas, karena "jalan" mereka untuk menular tertutup. Inilah yang disebut herd immunity, atau kekebalan kelompok. Jadi, vaksinasi itu bukan cuma melindungi diri sendiri, tapi juga jadi tameng untuk orang-orang di sekitar kita. ❤️
Masih khawatir dengan efek samping dari vaksin? Vaksin telah melalui uji klinis yang ketat dan diawasi oleh badan kesehatan dunia, seperti WHO dan Kementerian Kesehatan RI. Keamanannya sangat diperhatikan, dan efek samping yang mungkin muncul umumnya ringan dan bersifat sementara.
Suami saya sendiri bekerja di industri vaksin, sehingga sedikit banyak saya paham betapa ribet dan ketatnya regulasi untuk merilis sebuah produk vaksin.
Pengalaman Vaksinasi di Rumah bersama Imuni
Oke, kembali ke pembahasan utama kita ya yakni pengalaman saya memberikan vaksin bagi anak saya dengan layanan Imuni.
Imuni adalah layanan vaksinasi di rumah (home service) yang menyediakan vaksinasi untuk anak, dewasa, dan lansia. Layanan ini telah digunakan oleh lebih dari 100.000 keluarga di Indonesia dan mencakup berbagai kota besar di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan lainnya. Imuni juga menawarkan layanan vaksinasi di kantor (corporate service) untuk perusahaan.
Imuni menyediakan berbagai jenis vaksinasi, antara lain:
- Vaksinasi Anak: Untuk usia 0–2 tahun, 2–5 tahun, dan usia sekolah.
- Vaksinasi Dewasa: Termasuk vaksinasi premarital dan lansia.
- Vaksinasi Internasional (ICV): Untuk keperluan perjalanan internasional.
Proses vaksinasi dilakukan oleh dokter khusus vaksinasi dengan protokol kesehatan yang ketat. Vaksin yang digunakan dijamin keasliannya karena Imuni merupakan partner resmi produsen vaksin internasional dan menggunakan cold chain sesuai standar internasional.
Cara Mendaftar Vaksinasi di Imuni
Pertama-tama, saya menghubungi via WhatsApp untuk tanya-tanya dan konsultasi melalui nomor yang tertera di laman Instagram mereka @imuni.official. Jangan terlalu berharap mendapatkan respon yang cepat, karena sepengalaman saya pihak Imuni baru membalas pesan beberapa jam kemudian.
Berikutnya, saya diarahkan untuk melakukan pendaftaran melalui aplikasi atau Gform. Saat saya mengisi formulir melalui Gform, ternyata kecamatan saya tidak termasuk dalam wilayah cakupan layanan Imuni di form tersebut. Ealaahh...
Saya kembali menghubungi pihak Imuni untuk mengkonfirmasi. Ternyata, untuk daerah saya bisa melakukan pendaftaran via WhatsApp saja, nggak perlu mengisi formulir di Gform. Wkwk...
Singkat cerita, saya mendapatkan jadwal vaksinasi di hari Minggu, 13 April 2025, pukul 09.30 WIB. Oiya, pasien akan mendapatkan jadwal paling cepat 3 hari setelah melakukan pendaftaran. Setelahnya, pihak Imuni menginformasikan bahwa pihak finance akan mengirimkan invoice agar saya bisa melakukan pembayaran.
Kemarin, anak saya mendapatkan vaksin DPT (Hexaxim) seharga Rp1.025.000,- dan PCV (Prevenar 13) seharga Rp995.000,-. Biaya ini sudah termasuk biaya PPN 11%, biaya jasa dokter dan biaya transportasi dokter. Selain biaya tersebut, saya juga harus membayar Rp25.000,- untuk biaya alat kesehatan mencakup jarum, suntikan, alcohol swab, plester, handschoen, dan disposable medical mask.
Sehingga, biaya yang harus saya keluarkan untuk vaksinasi bulan ini adalah Rp2.045.000,-. Melihat biaya ini, bikin makin semangat cari cuan nggak siihh bapak-bapak, ibu-ibu? Wkwk.
The Day
Setelah melakukan konfirmasi pembayaran, di H-1 saya dihubungi oleh dokter yang akan melakukan vaksinasi yakni dr. Ruth Astry Evangelina. Beliau menyampaikan bahwa besok akan datang ke rumah pada pukul 09.30 WIB sesuai jadwal yang telah disepakati sebelumnya.
Dokter juga melakukan screening by WA dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang harus diisi oleh calon pasien. Saya juga diminta untuk menggunakan masker dan menyiapkan buku KIA untuk dokter melakukan pencatatan di sana.
Dokter Ruth tiba tepat waktu di rumah saya, sebelum memulai proses, beliau memperkenalkan diri kembali, memberikan saya tanda terima pembayaran (yang sebelumnya sudah dikirim melalui WhatsApp), dan memberikan penjelasan mengenai vaksin yang akan diberikan.
Baca tentang: Manfaat Tummy Time bagi Newborn untuk Perkembangannya
Beliau pun bersiap-siap untuk menyuntik anak saya yang baru bangun tidur dan masih loading. Cengengesan dong dia, ngeliatin saya dan bu dokter, saat disuntik, tawanya tentu berubah menjadi tangis. Tapi nangisnya nggak lama, sih. Haha...
Setelah itu, dokter menimbang dan mengukur tinggi, serta lingkar kepala anak saya dan mencatatnya di buku KIA. Beliau juga menjelaskan kemungkinan efek samping seperti apa yang akan terjadi setelah pemberian vaksin dan apa yang harus dilakukan.
Sebelum dokter Ruth pulang, beliau memberikan selembar kertas berisi jadwal imunisasi lengkap untuk anak usia 0 sampai 18 tahun. Dokter juga menginformasikan bahwa beliau akan mengingatkan saya melalui WhatsApp untuk jadwal vaksinasi berikutnya, meski tidak menutup kemungkinan saya akan memberikan anak saya vaksin di fasilitas kesehatan lain.
Saya juga menyempatkan diri untuk berfoto bersama bu dokter sebelum beliau pulang. Terima kasih, bu dokter yang ramah :)
Kesan Vaksinasi di Imuni
Overall, saya puas dengan pelayanan yang diberikan oleh Imuni untuk vaksinasi home service mereka. Prosesnya cepat nggak pakai antri, tidak bertele-tele dan biayanya pun lebih hemat dibandingkan dengan ketika kita melakukan vaksinasi di rumah sakit (dengan tambahan biaya administrasi dan jasa dokter yang tidak termasuk harga vaksin).
Kalau mau yang lebih murah lagi bisa sih vaksinasi di Puskesmas atau Posyandu. Sayangnya, di tempat saya vaksinasi baru bisa dilakukan jika ada minimal 5 balita dengan vaksin yang sama. Halah, kalau nunggu bayi-bayinya terkumpul, entah kapan anak saya baru divaksinasi.
Buat Mae frens yang sedang mempertimbangkan layanan vaksinasi di rumah untuk anak-anak maupun anggota keluarga lainnya, boleh nih cari-cari informasi lebih lanjut mengenai Imuni di laman Instagramnya.
Sebagai orang tua, memberikan perlindungan terbaik bagi anak-anak kita pasti menjadi prioritas utama. Salah satu cara paling efektif untuk melakukannya adalah dengan memastikan anak mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadwal. Bismillah.. Semoga sehat-sehat semua ya anak-anak kita.
Mae frens punya pengalaman, atau mungkin tips seputar vaksinasi anak? Yuk, share di kolom komentar! Senang banget kalau kita bisa saling bertukar cerita dan belajar bareng ;)
2 Komentar
baru tahu sekarang kalau bisa vaksinasi di rumah, ya. memudahkan sekali. karena, jujur aku pun sering bingung untuk berangkat bawa anak ke posyandu atau faskes karena enggak bisa nyetir motor.
BalasHapusBaca ini jadi tahu ternyata vaksin dan imunisasi beda yaa..soalnya selama ini yang kedua istilah itu sering dipakai bergantian hehe aku pikir kalo imunisasi buat anak2 kalo vaksinasi buat dewasa haha...
BalasHapusKeren ini aplikasi imuni bisa melakukan vaksinasi dirumah jadi kita tidak perlu jauh2 keluar rumah apalgi bisa dftr lewat wa ataupun aplikasi..next kalo perlu vaksinasi sptnya bisa dicoba pakai imuni ..terima kasih mbaa informasinya :)
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍