Pengalaman SC ERACS di Awal Tahun 2025

sc-eracs-2025

"Tahun baru, rezeki baru"

Suami saya jaraaang sekali mengunggah postingan di media sosialnya. Tapi, di tanggal 1 Januari 2025 kemarin, ia memposting video puteri kami yang baru saja lahir dengan caption tersebut. Saya paham, dia senang sekali dengan kehadiran member baru di keluarga kecil kami meskipun raut wajahnya ya gitu-gitu aja :D

Dua minggu sebelumnya, saya berdiskusi dengan dokter obsgyn yang menangani kehamilan kedua saya ini. Jadwal operasi sesar yang seharusnya jatuh pada tanggal 11 Januari, dimajukan oleh dokter jadi tanggal 1 Januari karena beberapa pertimbangan.

Waduh! Jujur saya masih terbayang-bayang akan trauma saat pengalaman sesar 6 tahun yang lalu. Belum siap mental buat menghadapi pengalaman yang sama untuk kedua kalinya :( tapi ya gimana, toh mau nggak mau harus dijalani?

Curhat Pengalaman Kurang Menyenangkan Saat Operasi Caesar 6 Tahun Lalu

Berhubung saya nggak ada jadwal kontrol lagi dengan obsgyn sampai hari eksekusi, di momen kontrol terakhir itu saya curhatlah dengan dokter saya mengenai beberapa hal kurang menyenangkan saat saya dioperasi untuk melahirkan anak pertama.

Saya bercerita bagaimana saya menggigil kedinginan di dalam ruang operasi dan muntah-muntah sepanjang tindakan. Pasca operasi pun saya masih mengalami efek samping anestesi yakni mata merah dan sakit kepala yang tak tertahankan. Belum lagi proses pemulihan yang tidak sebentar, baik fisik maupun mental. Asli traumatis banget!

Dokter pun mencoba menenangkan saya dan mengatakan bahwa nanti kita pakai metode ERACS dengan harapan proses pemulihan akan lebih cepat. Beliau juga menerangkan bahwa operasi yang terencana insya Allah bisa meminimalisir kejadian-kejadian tidak menyenangkan yang sebelumnya saya alami. Fyi, saat melahirkan anak pertama saya menjalani operasi CITO karena suatu hal dan lainnya.


Kurang puas curhat dengan dokter, saya pun curhat dengan teman bumil saya Manda Alienda. Kebetulan HPL kami berdekatan pula dan sama-sama akan menjalankan operasi sesar terjadwal. Kami saling menyemangati dan saya memantau perihal vaksin yang perlu ia dapatkan berhubung memiliki golongan darah langka. Ya gitu deh, selama kehamilan ini kami sering kali saling memantau kabar satu sama lain. Haha..

Setelah puas bercerita dan menuangkan keresahan dengan orang-orang terdekat, akhirnya saya memasuki fase pasrah dan berserah diri. Dah banyak-banyakin berdo'a dan minta do'a dari suami serta orang tua.

Apa itu SC dengan Metode ERACS?

SC-ERACS

Persalinan caesar dengan metode ERACS (Enhanced Recovery After Cesarean Surgery) adalah prosedur operasi caesar yang dirancang untuk mempercepat pemulihan ibu setelah melahirkan.

Perbedaan utama antara SC ERACS dan SC konvensional terletak pada pendekatan manajemen yang lebih modern dan terintegrasi pada ERACS. SC ERACS mengutamakan pemulihan cepat dengan meminimalkan trauma operasi dan efek samping melalui edukasi praoperasi, manajemen nyeri multimodal, serta mobilisasi dini pascaoperasi.

Dalam SC ERACS, pasien dapat mengonsumsi minuman karbohidrat sebelum operasi untuk mengurangi stress metabolik, sedangkan SC konvensional biasanya mewajibkan puasa yang lebih panjang. Anestesi regional pada ERACS didukung dengan obat nyeri yang meminimalkan efek samping seperti mual dan kantuk, sementara SC konvensional sering mengandalkan opioid yang dapat menimbulkan efek samping lebih berat.

Setelah operasi, ERACS mendorong mobilisasi dini (dalam 4-6 jam), pemberian makanan ringan segera, dan inisiasi menyusui dini untuk mempercepat pemulihan. Sebaliknya, SC konvensional biasanya memiliki waktu pemulihan lebih lama dengan mobilisasi yang tertunda hingga 24 jam dan pemberian makanan yang lebih lambat. Dengan metode ERACS, pasien umumnya dapat keluar dari rumah sakit lebih cepat, sekitar 2-3 hari, dibandingkan dengan 3-5 hari pada SC konvensional.

Persiapan Sebelum SC ERACS

Oiya, dari awal memang saya dan suami berencana menggunakan BPJS untuk melahirkan. Alhamdulillahnya, prosesnya dimudahkan, nggak ribet dan no drama sama sekali. Saya hanya perlu datang ke rumah sakit di hari H sambil membawa KTP (suami dan istri), juga Kartu BPJS yang aktif.

Di tanggal 30 Desember 2024, saya diminta untuk melakukan pemeriksaan lab. Intinya pemeriksaan darah, sih, supaya tau apakah saya anemia atau tidak dan kemungkinan butuh transfusi darah atau tindakan lainnya. Cek lab ini biaya pribadi ya, nggak pakai BPJS.

Berikutnya, di tanggal 31 Desember 2024, pihak rumah sakit mengabari saya bagaimana prosedur sebelum operasi dilaksanakan. Adapun yang perlu saya lakukan sebelum operasi sesar ERACS adalah sebagai berikut:
  • Puasa (tidak makan dan minum sama sekali) 6 jam sebelum tindakan
  • Datang ke rumah sakit 4 jam sebelum tindakan
  • Menyiapkan dokumen yang sudah saya sebutkan di atas (KTP dan Kartu BPJS)

Pihak rumah sakit juga memberikan daftar barang bawaan yang perlu disiapkan untuk menginap di sana yakni:

Barang Bawaan Bayi

  • Bedong 3, baju 1 stel (baju, celana, topi, sarung tangan & kaki, pampers 1), digunakan saat bayi baru lahir
  • Stelan baju ganti bayi dan pampers selama dirawat inap, bawa secukupnya

Barang Bawaan Ibu

  • Baju ganti dan pembalut nifas untuk setelah operasi
  • Baju ganti dan pembalut nifas selama di rawat inap, bawa secukupnya

Pengalaman SC ERACS di 1 Januari 2025

Jika kebanyakan orang merayakan malam tahun baru dengan berbagai acara meriah, saya dan keluarga memilih untuk tidur dan mempersiapkan diri. Wkwk.

Sejujurnya malam sebelum operasi saya deg-degan banget. Mencoba tidur cepat tapi kok nggak nyenyak-nyenyak hingga akhirnya benar-benar tertidur setelah jedar jedor suara kembang api dari berbagai penjuru terdengar. Wah, sudah masuk tanggal 1, nih!

Pagi harinya, saya sarapan dulu sebelum puasa. Setelahnya, bersiap dan berangkat ke rumah sakit bersama suami, anak pertama dan ibu saya. Setibanya di sana pukul 11.00 WIB, saya langsung masuk kamar dan diminta beristirahat sebelum turun ke ruang persiapan pra-operasi. "Tidur dulu boleh ya," ujar perawatnya. Jelas lah saya nggak bisa tidur, tau-tau sudah dijemput untuk persiapan operasi.

Pukul 14.00 WIB, saya dan suami turun ke ruang persiapan. Suami saya dijelaskan mengenai prosedur operasi yang akan dilakukan dan obat-obatan apa saja yang akan saya dapatkan selama operasi dan setelahnya. Sementara itu, di tempat terpisah, saya berganti baju operasi dan dipasang infus.

Tak lama kemudian, dokter anestesi yang menangani saya datang dan memperkenalkan diri. Begitu ada kesempatan, saya kembali menyampaikan keluhan-keluhan yang sempat saya alami di operasi pertama 6 tahun lalu. Dokter dan asisten anestesi menenangkan saya, berkata bahwa beliau dan timnya akan berusaha meminimalisir risiko terjadinya efek samping obat yang saya alami sebelumnya.


Tak berapa lama, dokter obsgyn saya pun tiba dan saya masuk ke kamar operasi. Dokter anestesi menyuntikan bius spinal, saya pun merasa tubuh bagian bawah terasa kebas hingga lama-lama berat sekali digerakan dan tak terasa apa-apa. Saat itulah perawat memasang kateter dan operasi dimulai.

support-system
Tim hore yang menunggu di ruang tunggu operasi

Di awal-awal, detak jantung saya bisa dibilang cepat sekali. Wkwk. Biarpun mencoba rileks, tetap saja ada rasa panik, frens! Para dokter dan perawat mencoba menyairkan suasana, mengajak saya ngobrol seputar kegiatan tahun baru.

Alhamdulillah semua proses berjalan lancar. Tidak ada satu pun hal-hal yang saya khawatirkan terjadi. Di dalam ruang operasi, saya justru merasa hangat, tidak kedinginan dan menggigil seperti sebelumnya. Beberapa kali saya merasa mual dan ingin muntah, dokter anestesi pun menyuntikkan obat anti mual dan setelah saya berhasil mengatur nafas rasa mual tersebut hilang.

Setelah saya melihat bayi saya lahir dan mendengar suara tangisnya, lega banget rasanya! Alhamdulillah..

Saya pun merasa ngantuk banget dan tertidur hingga saat bangun, saya sudah berada di ruang pemulihan.

Skala Nyeri Pasca Operasi Sesar ERACS

Rasa panas disertai nyeri yang menjalar di sekitar perut saya lah yang membuat saya terbangun. Beberapa saat kemudian, rasa kebas di bagian bawah tubuh pun mulai menghilang, perawat datang dan mencabut selang kateter saya. Banyak yang bilang lepas kateter sangat menyakitkan, tapi saya nggak merasa sakit karena masih ada sisa-sisa bius ditambah nyeri di area perut yang lebih terasa sadis.

Selang beberapa menit, saya merasa tubuh saya menggigil. Dokter anestesi menjelaskan bahwa itu adalah efek dari obat bius selama operasi, namun efeknya hanya sementara dan tidak akan berlangsung lama. Selama menggigil, perawat memberikan saya 2 buah selimut tebal yang tidak memberikan efek apa-apa. Haha..

Kemudian, perawat datang dan membawakan saya makanan serta minuman. Katanya saya boleh langsung makan dan minum tanpa perlu menunggu bisa buang angin seperti pada pasca operasi sesar biasa. Saat itu ya saya nggak nafsu makan, cuma mikir kapan ini sensasi menggigil dan kedinginannya hilang. Akhirnya saya hanya meminum teh manis hangat yang disediakan, of course dibantu oleh suami.


Nggak terasa, sudah sekitar 3 jam saya berada di ruang recovery. Perawat berkata sudah waktunya kami kembali ke kamar. Jika pasca operasi sesar biasa, pasien diantar langsung ke kamar menggunakan bed, ini berbeda, frens. Saya diminta untuk langsung duduk, berdiri dan berjalan (sekitar 2 langkah) menuju kursi roda.

Pertama kali mencoba untuk duduk, beuh! Rasa sakit di bagian perut terutama area jahitan 9/10. Suakit tenan! Saking nggak kuat menahan sakit, area sekeliling saya terasa berputar dengan cepat, perut saya terasa mual dan berakhir muntah di tempat. Gagal deh naik ke kamar dan saya masih stay di ruang recovery hingga sekitar 30 menit kemudian.

Setelah mengumpulkan nyawa, kesadaran dan keberanian untuk mencoba lagi, akhirnya saya berhasil duduk, berdiri dan jalan (satu dua langkah) ke kursi roda untuk diantar ke kamar.

Pengalaman Pingsan di Kamar Mandi

Jika ada yang bilang SC ERACS nggak sakit bahkan bisa langsung beraktivitas beberapa jam setelah operasi, artinya pain tolerance beliau seluas samudera. Salut deh!

Setelah sampai di kamar, saya diminta untuk makan agar bertenaga karena harus belajar miring kanan kiri dan IMD. Yap! Bayi langsung tidur bersama saya di kamar malam itu juga T_T Berhubung lapar berat, saya habiskan lah makanan yang tersedia malam itu.

Belajar miring kanan dan kiri, serta langsung menyusui bayi malam itu benar-benar effort karena efek bius sudah sepenuhnya hilang. Tengah malam, saya terbangun karena ingin buang air kecil. Udah nggak pakai kateter nih, frens, kudu jalan ke kamar mandi dong ya, masa ngompol di kasur? --"

Saya meminta suami saya untuk membantu jalan ke kamar mandi. Awalnya ia menolak dan meminta saya untuk ngompol aja gak papa katanya 😂 kasihan melihat saya kesakitan dan kesusahan. Saya kekeuh mau jalan ke kamar mandi karena merasa kalau ngompol bakalan lebih ngerepotin diri sendiri dan orang-orang.

Suami pun memapah saya untuk berjalan menuju kamar mandi. Perjalanan dari kasur menuju kamar mandi terasa jauh dan panjang, karena langkah saya yang kecil-kecil dengan speed yang lambaat banget. Bekas operasi di perut saya terasa nyeri, perih, panas, macam-macam lah intinya sakit! Hehe..

Begitu sukses mencapai kamar mandi, pandangan saya mendadak kabur dan berputar. Setelahnya saya hanya melihat kegelapan dan nggak ingat apa-apa lagi. Saya baru tersadar lagi saat suami memanggil-manggil, ternyata saya sudah kembali lagi ke kasur.

Setelah kejadian itu, kebelet pipis saya hilang dong. Haha. Keesokan paginya, setelah sarapan baru saya mencoba lagi berjalan ke kamar mandi, dibantu oleh perawat. Yey berhasil, meskipun masih dibantu ini itu selama di kamar mandi.

Pulang Lebih Cepat dari SC Konvensional

Kelebihan SC ERACS lainnya adalah pasien bisa pulang ke rumah dalam waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan SC konvensional. Saya masuk rumah sakit tanggal 1 siang dan sudah dibolehkan pulang ke rumah bersama bayi pada tanggal 3 pagi, sekitar pukul 09.00 WIB.

Bagaimana kondisi saat dipulangkan? Tentu belum yang fit, segar bugar 100% ya. Nyeri di sekitar jahitan masih sangat terasa, jalan pun masih perlahan-lahan, saat perubahan posisi seperti tidur miring kanan-kiri, dari tiduran ke duduk, duduk ke berdiri itu perut saya masih berasa disilet-silet, deh. Skala nyeri saat pulang ke rumah kira-kira 8/10. Selama kurang lebih seminggu, saya mengonsumsi obat pereda nyeri yang diresepkan dokter.

Pesan dokter dan bidan yang menangani saya, meskipun nyeri namun melatih badan untuk bergerak akan mempercepat proses pemulihan pasca operasi. Alasannya, area di sekitar bekas operasi akan lebih elastis dan tidak kaku. Justru kalau lebih banyak rebahan, otot-otot semakin kaku dan sakit saat digerakkan.

Dua Minggu Setelah SC ERACS

Saat menulis cerita pengalaman ini, operasi SC ERACS yang saya jalani sudah berlalu kurang lebih 2 minggu. Bagaimana progress kesehatan saya?

Saya sudah tidak mengonsumsi obat pereda nyeri lagi dan sudah lepas perban. Dokter mengatakan jahitannya sudah kering dan saya bisa beraktivitas normal seperti biasa. Akan tetapi, tetap perlu diperhatikan agar tidak terlalu berlebihan karena di sebagian kasus, jahitannya bisa terbuka kembali dan berdarah atau bernanah. Jadi, warning dari dokter tetap hati-hati selama 2 hingga 3 minggu ke depan.

Selain itu, saya sudah lancar tidur miring kanan dan kiri meski sesekali terasa ngilu sedikit. Berubah posisi dari tidur ke duduk atau duduk ke berdiri pun sudah bisa mandiri. Untuk jalan, jujur saya masih takut untuk jalan dengan speed biasanya saya berjalan, jadi masih agak slowmo gitu. Sementara itu, saya juga belum berani terlalu banyak melakukan aktivitas dari berdiri ke jongkok. Masih suka nyess aja di bagian jahitan.

Skala nyeri 2 minggu pasca SC ERACS sudah jauh berkurang menjadi 4/10. Saya sangat berharap agar proses pemulihan berlangsung cepat dan lancar. Mengurus anak-anak tentu membutuhkan kondisi badan yang optimal, dan saya pun sudah tidak sabar untuk bisa beraktivitas dan bergerak dengan satset seperti biasanya 😆

pengalaman-sc-eracs
Alhamdulillah, udah bisa ketawa ketiwi bareng bestie :D

Gitu deh, frens, cerita saya tentang pengalaman melahirkan secara caesar dengan metode ERACS. Kalau dibilang nggak sakit ya tetap sakit, sih. Namun, proses pemulihannya memang saya rasa lebih cepat dibandingkan dengan SC konvensional yang pernah saya jalani 6 tahun lalu.

Oiya, untuk mempercepat proses pemulihan, dokter juga berpesan untuk mengonsumsi makanan tinggi protein. Jadi, tiap hari saya makan telur rebus minimal 2 dan maksimal 6. Mbleneg yaa sebenarnya, tapi demi demi lah!


Buat teman saya Manchin yang sebentar lagi juga launching baby, serta calon ibu-ibu lain yang akan melahirkan secara caesar, semoga dimudahkan dan dilancarkan. Kalau ada yang bilang lahiran SC belum jadi ibu seutuhnya atau dengan sotoynya berkata lahiran SC itu nggak sakit karena nggak merasakan kontraksi, lempar sendal cuekin aja ya, Mams!

Posting Komentar

0 Komentar