Fenomena bully yang terjadi di kalangan pelajar Indonesia belakangan ini semakin disorot dan membuat saya jadi selektif banget saat memilih sekolah untuk anak. Masalahnya, nggak sedikit anak usia dini yang jadi korban maupun pelaku jika kita sering melihat berita.
Oleh karenanya, saat memilihkan sekolah TK maupun SD, saya selalu bertanya pada pihak sekolah bagaimana respon mereka jika ada murid-murid yang melakukan bully maupun melaporkan bahwa dirinya adalah korban bully. Alhamdulillahnya, saya menemukan sekolah yang memang concern terhadap isu ini dan tidak menganggap remeh hal-hal yang bisa menjadi bibit-bibit bully, baik secara fisik maupun verbal.
Di rumah sendiri, peran orang tua dalam pendidikan karakter anak sangat amat penting. Menanamkan nilai kasih sayang, empati, dan etika sejak dini di lingkungan keluarga dan sekolah pada anak bisa menjadi modal penting agar anak-anak kita tidak menjadi pem-bully di kemudian hari.
Tips Mengajarkan Anak Membela Diri dari Bullying
Secara teori, okelah kita sebagai orang tua bisa memberikan pendidikan karakter yang kuat agar anak tidak menjadi seorang pem-bully. Akan tetapi, bagaimana cara kita melindungi anak-anak saat ia menjadi korban bully? Ini juga menjadi kekhawatiran saya sebab ada kejadian kurang mengenakan yang menimpa anak saya beberapa waktu lalu.
Ceritanya anak saya sedang bermain dengan beberapa anak-anak kompleks, saat pulang ke rumah ia menangis karena katanya kakinya ditendang oleh seorang temannya hingga lukanya yang belum sembuh kembali berdarah, banyak.
Meskipun saya panik melihat kaki anak saya yang berdarah-darah, namun saya mencoba untuk tetap stay cool. Saya mengobati lukanya dan mengajaknya ngobrol, seperti apa kronologi hingga bisa terjadi kejadian tersebut. Setelahnya, saya menghubungi orang tua dari anak yang menendang kaki anak saya dan tak lama kemudian anaknya datang ke rumah meminta maaf pada anak saya.
Sebenarnya, jika mengobservasi lebih dalam kejadian yang menimpa anak saya, ini bukan pure bullying, sih. Lebih ke permainan anak-anak cowok yang ekstrim gitu. Masalahnya, anak yang bersangkutan memulai duluan mengganggu anak saya, kemudian anak saya membalas dan terjadilah adegan menendang tersebut.
Mana anak itu dibantu dan dibela oleh kakaknya, sehingga posisi anak saya tidak menguntungkan di sana. Untungnya, kejadian tersebut bisa segera ditangani dan diselesaikan secara damai. Orang tuanya pun kooperatif dan tidak serta merta membenarkan atau membela anaknya.
Nah, jadi panjang kan ceritanya. Wkwk!
Baca tentang: Tips Sukses Homeschooling PAUD
Jadi, frens, selain menanamkan nilai-nilai moral pada anak agar tidak menjadi pelaku bullying, Kemendikbudristek juga mengkampanyekan agar orang tua berperan aktif untuk mengajarkan anaknya membela diri saat dibully. Cara-cara yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menanamkan Bahwa Tidak Semua Orang itu Baik
Pada saat anak saya masih berusia 3-4 tahun, anak saya itu nggak ada takut-takutnya dengan orang baru. Ia justru excited untuk berkenalan, ngobrol dan IKUT dengan orang tersebut. Kang paket, bibi penjual jamu, atau siapa lah yang mampir ke rumah , dapat dipastikan anak saya menjawab, "Mau!" saat ditanya basa-basi, "Ayo, mau ikut nggak?"
Mencemaskan banget, frens! Saya dan suami pun mencoba untuk memberikan pemahaman bahwa nggak semua orang itu baik. lho, termasuk juga teman-teman yang ada di lingkungan sekitar kita. Saya pun mengajarkan agar anak saya bisa pilih-pilih teman.
Saat ini usianya sudah masuk 6 tahun dan mulai paham perilaku mana yang baik dan kurang baik, dan menjauhi teman-teman dengan perilaku yang kurang baik tersebut.
2. Jangan Takut untuk Speak Up
Meskipun sebagai orang tua saya senang jika anak saya jadi anak yang penurut, tapi tentu saya tidak senang jika anak saya jadi seorang people pleasure yang bisa dimanfaatkan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab.
Sebagai orang tua, saya merasa perlu menanamkan pada anak saya untuk berani speak up dan menolak apabila ada yang memintanya untuk melakukan hal-hal yang tidak ia sukai atau hal-hal yang tidak baik.
Saya juga memberikannya contoh-contoh kalimat seperti, "Aku nggak suka kalau kamu ... (misalnya memukul). Dipukul itu sakit, memukul itu perbuatan tidak baik," atau "Aku nggak mau dipaksa dan kamu nggak boleh memaksa!"
3. Laporkan pada Orang Dewasa yang Dipercaya
Saya melihat di sekolah anak saya, hal yang dilakukan guru saat melihat kejadian kurang menyenangkan yang bisa membawa bibit-bibit bully adalah dengan melaporkannya langsung ke orang tua, baik korban maupun pelaku.
Ini lantas saya camkan dan ajarkan pada anak saya untuk berani ngomong ke orang dewasa yang ia percaya saat ada temannya yang mengganggu, dan berani bertanggung jawab saat ia yang mengganggu temannya hingga dilaporkan oleh gurunya.
Saya juga memberikannya contoh seperti yang saya lakukan di cerita di atas, membicarakan hal terkait dengan orang tuanya untuk mencari solusi. Bagi saya orang tua juga perlu tau seperti apa perilaku anaknya agar bisa mencegah kejadian serupa terulang lagi. Apalagi anak-anak usia sekolah, arahan dan pendampingan dari orang tuanya sangatlah penting, ya kan?
4. Menjadi Lebih Percaya Diri
Pelaku bullying cenderung menyerang anak-anak yang kurang percaya diri karena mereka dianggap sebagai target yang lebih mudah untuk didominasi.
Anak-anak dengan tingkat kepercayaan diri rendah sering menunjukkan tanda-tanda ketidakberdayaan, seperti kesulitan membela diri, enggan melaporkan kejadian, atau takut menghadapi pelaku. Sifat-sifat ini memberikan pelaku rasa superioritas, yang menjadi motivasi utama untuk melanjutkan perilaku agresif mereka.
Untuk mencegah anak-anak menjadi target bully, tentu orang tua harus memberikan dukungan dan menanamkan karakter percaya diri pada anak. Cara-cara yang bisa dilakukan seperti mendorong anak untuk mencoba hal-hal baru, menghargai usaha mereka, dan memberikan pujian yang tulus atas pencapaian, sekecil apa pun itu.
Selain itu, mengajarkan anak keterampilan sosial, seperti cara berbicara dengan tegas tetapi sopan, menjaga kontak mata, dan mengekspresikan perasaan dengan jelas juga dapat meningkatkan rasa percaya dirinya. Banyak bersosialisasi dengan ikut kegiatan-kegiatan positif yang melibatkan interaksi dengan teman sebayanya juga bisa membantu.
5. Belajar Bela Diri
Terakhir nih, yang bisa orang tua lakukan adalah dengan membekali anak-anak dengan ilmu bela diri. Sekarang ini banyak banget sekolah yang sudah memfasilitasi dengan ekstrakurikuler taekwondo, judo, pencak silat dan sejenisnya. Atau bisa juga mengikuti les di luar sekolah.
Bahkan saat ini, banyak juga yang menerima murid-murid usia dini seperti mulai 5 tahun. Jujurly saya kepikiran sih untuk mengikutkan anak saya ke kegiatan tersebut sejak dini, tapi setelah dipikir-pikir lagi dan melihat minat anak saya, tampaknya nanti saja di SD baru saya ikutkan ke dalam ekstrakurikuler yang tersedia di sekolah.
Mempelajari bela diri bukan berarti mengajarkan pada anak untuk langsung membalas dengan jurus-jurus tertentu pada saat mengalami kekerasan fisik, sih. Akan tetapi, dengan mempelajari bela diri, anak-anak belajar bagaimana mengenali situasi berbahaya dan harapannya ya bisa mengambil langkah tepat untuk menghindarinya.
Anak-anak juga akan terlatih untuk tetap tenang dan terkontrol saat menghadapi tekanan, sehingga mampu merespons dengan cara yang efektif tanpa memprovokasi konflik lebih lanjut.
Mengingat usia anak saya yang masih cilik, 6 tahun, perjalanan membersamainya untuk bisa tumbuh menjadi pribadi yang positif masih sangaaaat panjaaaang! Haha.
Saya sendiri juga masih harus belajar banyak dari berbagai sumber misalnya dari parents yang lebih senior nih, seperti teman blogger Teh Okti Li yang juga banyak menulis hal-hal seputar parenting dan topik-topik pendidikan karakter berbobot di blognya.
Kira-kira tips apa lagi yang perlu dilakukan ya untuk mengajarkan anak membela diri dari perilaku bullying? Share di kolom komentar dong, frens!
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍