Menjelang HPL, rasanya campur aduk nih, frens. Deg-degan sekaligus excited, tapi takut juga nggak siap buat jadi ibu anak dua. Kalau ditanya siap nggak siap, jawabannya nggak akan pernah siap sih ya. Memang harus terjun langsung ke lapangan. Hihi..
Jujur saya merasa masih harus buanyak sekali belajar soal pengasuhan anak, apalagi jarak antara anak pertama dan kedua cukup jauh yakni 6 tahun. Wah sepertinya harus belajar dari awal lagi perkara mengurus newborn, mengASIhi, MPASI dan lainnya karena perkembangan ilmu parenting tampak sangat dinamis.
Salah satu yang paling saya khawatirkan adalah adanya sibling rivalry antara si kakak dan si adik kelak. Meskipun saat ini si kakak tampak sangat bersemangat dengan akan kehadiran adiknya, tetap saja ya ada rasa was-was saya atau suami salah langkah sehingga menyebabkan timbulnya persaingan atau kecemburuan ini.
Apa yang di Maksud Sibling Rivalry?
Sibling rivalry adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan adanya persaingan, konflik, atau kecemburuan antara saudara kandung. Sebenarnya, hal ini adalah fenomena yang umum terjadi dalam kehidupan keluarga. Kakak dan adik kandung sering kali bersaing untuk mendapatkan perhatian, pengakuan, atau kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Rivalitas ini dapat ditunjukkan oleh anak-anak melalui perdebatan, pertengkaran fisik, atau perilaku kompetitif dalam berbagai aspek. Contohnya saja seperti prestasi akademik, kemampuan sosial, atau kepribadian.
5 Penyebab Sibling Rivalry yang Harus Dihindari Orang Tua
Apa sebab terjadinya persaingan atau kecemburuan antar saudara ini? Menurut IDAI, penyebab terjadinya sibling rivalry ini tidak hanya karena faktor pengasuhan orang tua saja, ada beberapa hal-hal yang bersifat natural dan menimbulkan rasa persaingan ini.
Secara garis besar, hal-hal yang bisa menjadi penyebab timbulnya sibling rivalry ini antara lain:
1. Perbedaan Usia dan Kepribadian Anak
Perbedaan usia, kepribadian, atau minat anak-anak dapat menyebabkan ketegangan antara saudara. Anak yang memiliki sifat atau minat yang sangat berbeda mungkin sulit menemukan rasa klik dengan saudaranya, sehingga konflik lebih sering terjadi.
2. Memiliki Bayang-bayang Ketidakadilan
Anak-anak, terutama di usianya yang masih dini, memiliki sensitivitas tinggi terhadap keadilan. Bisa jadi rasa bersaing yang tinggi dengan saudaranya disebabkan karena pemikiran mereka sendiri yang melihat bahwa orang tua memiliki anak "favorit" atau memperlakukannya dengan cara yang berbeda dengan saudaranya yang lain.
3. Perhatian Orang Tua yang Kurang Seimbang
Anak-anak sering kali bersaing untuk mendapatkan perhatian orang tua. Ketika anak merasa kalau perhatian ayah atau ibunya dirasa tidak seimbang, ia mungkin merasa terabaikan atau kurang dihargai.
Nah, ini yang banyak terjadi pada kakak yang baru memiliki adik. Saat adik lahir, perhatian tentu akan lebih condong ke newborn yang memang masih butuh bantuan untuk segala hal. Fase-fase ini sangat krusial karena besar kemungkinan kakak akan cemburu pada adiknya.
Bisa juga terjadi ketika ada kondisi khusus seperti salah satu anak sedang sakit dan butuh perhatian ekstra dari ayah dan ibunya.
4. Membanding-bandingkan Antar Saudara
Sebagai anak pertama, sejak kecil saya terbiasa diminta untuk menjadi contoh dan teladan bagi adik-adik saya. Apesnya, saya hampir selalu bisa memenuhi ekspektasi orang tua saya, terutama di bidang akademik.
Kenapa saya bilang apes? Sebab ketika adik saya tidak bisa menyamai pencapaian saya, maka ayah atau ibu saya akan berkata, "Itu liat lho kakak kamu ..." yang pada akhirnya akan membandingkan saya dengan adik yang tepat di bawah saya.
Saya ingat betul bagaimana adik saya sangat tidak suka dibanding-bandingkan dengan saya, bahkan jika bisa 100% bertolak belakang dengan saya, itu akan menjadi pilihannya. Bahkan ia pernah berkata pada orang tua saya, "Aku kan bukan Mbak Ima, nggak mau disama-samain sama Mbak Ima."
Untungnya, rivalitas yang dirasakan adik saya tidak sampai membuat kami berseteru hingga dewasa. Justru ini menjadi bahan refleksi saya saat menjadi orang tua, bagaimana caranya menahan diri agar tidak membanding-bandingkan anak pertama saya dengan adiknya kelak.
Pengalaman yang saya alami di atas merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bukan hanya untuk adik saya, tapi juga untuk saya pribadi. Sempat juga, lho, saya merasa bersalah karena selalu berusaha mencapai hasil yang terbaik dalam banyak hal, meskipun itu untuk pencapaian saya sendiri, karena tau adik saya juga akan dituntut mencapai hal tersebut.
5. Konflik Orang Tua
Orang tua yang sering berkonflik, apalagi sampai sering bertengkar di depan anak-anak, ternyata juga dapat menjadi salah satu pemicu sibling rivalry. Seperti yang kita ketahui, anak-anak cenderung meniru apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya.
Ketika anak melihat ayah dan ibunya menyelesaikan sebuah permasalahan dengan bertengkar, maka ia akan meng-copy paste itu saat berkonflik dengan saudaranya.
Cara Menghindari dan Mengatasi Sibling Rivalry
Setelah mengetahui apa penyebab sibling rivalry, sebelum kejadian maka kita sebagai orang tua bisa nih mengambil langkah-langkah untuk mencegahnya. Jika sudah terlanjur terjadi dan tampak tanda-tanda adanya persaingan yang tidak sehat antara anak-anak, kita harus segera mengambil tindakan untuk mengatasinya.
- Berikan perhatian khusus untuk masing-masing anak sehingga mereka merasa dihargai dan dicintai secara setara, tanpa merasa dibedakan.
- Fokus pada keunikan masing-masing anak dan hindari membanding-bandingkan yang dapat menimbulkan kecemburuan antar saudara atau perasaan tidak berharga di dalam diri mereka.
- Libatkan anak dalam diskusi untuk menyelesaikan masalah bersama, duduk bersama dan ajarkan anak-anak mendengarkan dan menghormati pendapat dan perspektif saudaranya.
- Terapkan aturan yang sama untuk semua anak sesuai kebutuhan mereka, bukan usia atau status, agar tidak ada yang merasa diperlakukan tidak adil.
- Bantu anak memahami dan mengelola emosi, seperti rasa marah atau cemburu, dengan cara yang positif seperti menerapkan komunikasi yang sehat.
- Dorong perilaku positif anak dengan memberikan pujian saat kakak dan adik saling bekerja sama atau saling membantu, sehingga mereka merasa dihargai karena kebersamaan.
- Tunjukkan cara menangani konflik dengan damai di depan anak-anak.
- Dorong empati anak untuk memahami perasaan saudaranya dengan menjelaskan bahwa setiap orang punya kebutuhan dan keinginan yang berbeda.
- Berikan anak ruang untuk mengeksplorasi minat mereka sendiri tanpa tekanan untuk selalu bersaing, sehingga mereka merasa dihargai atas usaha yang mereka lakukan sendiri.
- Ajak anak-anak melakukan aktivitas bersama seperti bermain game keluarga atau melakukan proyek kreatif yang melibatkan kerja tim.
Baca tentang: Aktivitas Ngabuburit Ramadan Bersama Anak
Sibling rivalry pada dasarnya adalah hal natural yang dirasakan antara kakak dan adik. Hubungan ini bisa menjadi positif ketika dapat memotivasi anak untuk berprestasi lebih baik atau mengembangkan kemampuan yang berbeda. Selain itu, ketika konflik antar saudara dikelola dengan baik, anak-anak juga dapat belajar keterampilan penting, seperti komunikasi, kompromi, dan empati.
Akan tetapi, jika tidak dikelola dengan baik sibling rivalry dapat memperburuk hubungan antara saudara. Kakak atau adik mungkin merasa kesal atau menyimpan perasaan tidak dihargai, yang dapat berkembang menjadi konflik antar saudara untuk jangka panjang. Hal inilah yang sebenarnya ingin dicegah agar jangan sampai terjadi.
Mencegah sibling rivalry bukan berarti menghilangkan semua perselisihan, melainkan mengajari anak-anak bagaimana menghadapi perbedaan secara positif. Sehingga, harapannya tentu saja keluarga tidak hanya menjadi tempat berlindung, tetapi juga ruang bagi anak-anak untuk tumbuh bersama dalam kasih sayang dan saling pengertian.
Bismillah, yuk bisa yuk!
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍