Di awal-awal saya menulis blog, beberapa blogger mengenal saya sebagai orang yang suka menulis artikel-artikel dengan topik parenting. Sekitar tahun 2020 - 2021, memang saya sedang giat belajar parenting dan rajin menuliskan hasil belajar saya di blog.
Namanya juga new mom dengan toddler yang lagi aktif-aktifnya, saya berusaha menggali agar golden age anak saya terlewati dengan baik dan optimal. Namun, frens, jujurlay seiring bertambahnya usia bocil, saya merasa kewalahan menerapkan gentle parenting yang selama ini saya pelajari.
Apalagi sejak ia lancar berbicara dan semakin gemar bernegosiasi ketika dimintai tolong untuk melakukan sesuatu. Ditambah lagi dengan perilakunya yang semakin besar, semakin merasa pendapatnya selalu benar. Ulala banget, saya nggak sesabar itu sih dalam menerapkan disiplin positif dan gentle parenting ala Nikita Willy.
Baca juga: Tentang Anak yang (Katanya) Nakal
Makanya, makin ke sini saya mundur teratur dan mikir berkali-kali mau menulis seputar parenting lagi di blog. Plis, pola parenting saya aja masih tergantung mood, situasi dan kondisi,s aya masih harus belajar lebih banyak lagi. Dah lah ya, malu saya kalau masih ada yang kenal saya sebagai parenting blogger.
Tapi, setelah berjalan-jalan ke blognya Bambang Irwanto si Kurcaci Pos, keinginan saya untuk kembali berbagi cerita parenting datang lagi. Haha. Bukan menuliskan hal-hal yang saya pelajari, sih, tapi lebih ke cerita pengalaman aja.
Di blog berbagi cerita dan ceria tersebut, saya mendapatkan inspirasi untuk menulis pengalaman ketika anak saya belajar naik sepeda. Akhir-akhir ini, anak saya lagi getol main sepeda di sore hari. Sejak dibelikan sepeda baru di tanggal 17 Agustus yang lalu, everyday anak saya meminta waktu untuk bermain sepeda bersama teman-temannya.
Tips Mengajarkan Anak Naik Sepeda
Seingat saya, saya memperkenalkan anak saya dengan sepeda-sepedaan itu saat usianya hampir 2 tahun. Selepas ia lancar berjalan dan bisa naik motor-motoran kecil, saya membelikannya balance bike agar ia bisa bermain di luar.
Sekarang, usianya sudah 6 tahun. Sudah bisa kebut-kebutan dan pakai gaya ngesot segala. Wkwk. Melihat perkembangannya yang seperti itu, pasti ada lah rasa terharu dan bangga sama diri sendiri karena tentu saja saya berperan dalam prosesnya! Haha.
Dari anak yang mulanya tidak familiar, excited sekaligus takut-takut, hingga akhirnya berani mencoba dan bisa lancar mengendarai sepeda, di bawah ini adalah langkah demi langkah yang saya dan suami lakukan untuk mengajarkan anak naik sepeda:
1. Memilih Sepeda dengan Ukuran yang Sesuai
Langkah pertama untuk mengajarkan anak naik sepeda ya tentu punya sepedanya dulu dong, frens. Kalian sebagai orang tua lah ya yang tau kapan dan seperti apa sepeda yang cocok untuk anak-anak. Pastikan saja sepeda yang dipilih ukurannya sesuai dengan tinggi badan anak.
Perhatikan apakah anak bisa menapak tanah dengan kedua kakinya pada saat ia duduk di sadel sepeda. Untuk anak-anak yang masih pemula banget nih, bisa juga dimulai menggunakan sepeda yang memiliki roda tambahan. Kalau-kalau si anak takut, roda tambahan ini bisa membuatnya lebih aman dan percaya diri saat naik sepeda.
2. Mengajarkan Keseimbangan dengan Balance Bike
Sepeda pertama anak saya adalah balance bike yang bisa jadi roda tiga gitu. Waktu masih kicik banget, ia belum berani langsung menggunakan balance bike, akhirnya masih pakai 3 roda sepedanya. Namun, nampaknya ia mulai melihat keseruan teman-temannya yang bisa ngebut dengan sepeda roda dua. Papanya pun menyetting sepedanya hingga menjadi sepeda roda dua tanpa pedal.
Melepas pedal seperti ini ternyata membuat anak lebih mudah dan cepat untuk menyeimbangkan badannya saat mengendarai sepeda. Ajarkan juga anak untuk mendorong sepedanya menggunakan kaki. Selain melatih feel keseimbangan, cara ini juga memudahkannya pada saat menggunakan pedal di kemudian hari.
Nggak butuh waktu lama, anak saya bisa whass-whuss-whass-whuss sepedaan bareng anak-anak kompleks saat kami masih tinggal di Sukabumi dan usianya masih 3 atau 4 tahun.
3. Mencari Lokasi Belajar yang Aman
Memilih tempat yang sepi, rata dan luas membuat anak lebih percaya diri untuk mencoba mengendarai sepeda di awal-awal belajar. Dulu, tempat yang saya pilih adalah di dalam rumah. Wkwk. Rumah saya tuh kosongan, frens, jadi anak saya bisa main sepeda dari ruang tamu hingga ruang keluarga.
Tapi belajar di dalam rumah nggak lama, sih. Bosan juga dia cuma muter-muter di dalam rumah sepetak doang, kan. Akhirnya kami bawa dia ke lapangan untuk main sepeda. Setelahnya, baru kami berani melepasnya bermain di area kompleks.
4. Mengajarkan Cara Berhenti dengan Rem
Berhubung anak saya di awal belajarnya menggunakan balance bike, jadi ia terbiasa ngerem menggunakan kakinya. Pada saat sudah berganti sepeda ke ukuran yang lebih besar dan ada pedal serta remnya, tentu kami harus mengajarkannya cara berhenti menggunakan rem.
Awalnya anak merasa kaget saat sepeda berhenti karena ia menekan rem terlalu kencang. Jadi ya harus berlatih untuk bisa menekan rem secara perlahan-lahan dan kapan waktu yang tepat untuk memberhentikan sepedanya.
5. Full Support dan Beri Waktu Anak Belajar
Langkah terakhir adalah selalu memberikannya dukungan dan memberikannya waktu untuk belajar naik sepeda hingga mahir. Nggak usah memburu-buru anak agar bisa segera lancar mengendarai sepeda, nggak ngaruh juga sama amal ibadahnya bisa naik sepeda sekarang atau nanti, kan? Hehe..
Pengalaman saya, saat anak masih ragu atau takut, terima saja perasaannya. Saya mencoba memposisikan diri sebagai dirinya, daripada mengatakan, "Halah gitu aja takut! Ayo dong harus berani kan ada mama!", saya lebih memilih mengatakan, "Hoo kamu masih belum berani? Apa yang bikin kamu takut? Kita harus gimana ya supaya kamu bisa berani?"
Cara-cara seperti ini terbukti ampuh di anak saya dan membuatnya merasa lebih berani serta percaya diri. Tak lupa pula saya terus mengingatkan untuk berhati-hati saat bersepeda. Tidak perlu kebut-kebutan, lihat kanan-kiri sebelum menyebrang jalan (meskipun masih di area kompleks) dan jangan biasakan ngerem mendadak.
Bagi saya, yang terpenting adalah mengikuti pace si anak. Nggak perlu lah ya membanding-bandingkan anak tetangga sudah bisa sepeda roda dua, anak kita masih pakai roda bantu. Atau anak lain bisa mengendarai sepeda ke sekolah, anak kita belum berani. Melihat progress-nya bisa bersepeda dengan gembira dan tanpa tekanan saja sudah membuat kami sebagai orang tuanya ikut senang.
Mae frens punya tips lain apa nih yang bisa dibagikan ketika mengajarkan anak naik sepeda? Sharing yuk di kolom komentar ;)
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍