Frens, lebaran tinggal menghitung hari nih insya Allah. Mudik kah tahun ini? Saya mudik ke Jogja, nih. Padahal, kangen banget ingin mudik ke kampung halaman ibu saya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Terakhir kali berkunjung ke sana, sebelum saya menikah, artinya sekitar 7 tahun lalu. Waw!
Memang selepas menikah, rutinitas mudik lebaran ya berkutat di rumah saya di Jogja, atau rumah mertua di Bandung. Apalagi saat Bapak saya sudah sakit di tahun 2019 dan meninggal di tahun selanjutnya, kangen terus kan sama Bapak, jadi setiap pulang kampung, lebih memilih ke Jogja dan nyekar ke makam Bapak.
Baca juga: 7 Santapan Khas Banjarmasin Saat Lebaran
Di Banjarmasin pun, saat ini sudah tidak ada lagi kakek dan nenek saya. Biasanya setiap lebaran dan datang ke sana, tentu tujuan utama adalah untuk bertemu dengan mereka berdua. Sejak keduanya tiada, kami sekeluarga seolah kehilangan main reason untuk datang ke sana. Padahal, masih buanyak banget saudara Mama yang bisa didatangi di sana.
Ngomong-ngomong soal kampung halaman saya di Banjarmasin, ada 2 tempat wisata yang menjadi favorit saya saat pulang ke sana:
Pasar Terapung Banjarmasin
Setiap berkunjung ke sana, Pasar Terapung Banjarmasin menjadi tempat wisata yang akan saya datangi meskipun sudah bolak balik ke sana. Ya kan datang ke Banjarmasin juga belum tentu setahun sekali, jadi tiap ke sana, pengen balik terus ke Pasar Terapung.
Mainstream banget ya tempat wisata favoritnya? Gimana lagi, kenangan saya berkunjung ke Pasar Terapung banyak sekali dan sudah dimulai sejak kecil, jadi inner child saya pasti minta untuk dipuaskan kembali saat mudik ke sana.
Bagi yang belum pernah dengar atau berkunjung ke sana seperti suami dan anak saya, saya ingin bercerita sedikit banyak deh tentang tempat wisata ini. Pasar Terapung adalah sebuah pusat perbelanjaan yang legend di Banjarmasin.
Berbeda dengan pasar pada umumnya, semua pedagang yang berjualan di Pasar Terapung berada di dalam perahu, atau disebut dengan klotok. Nah, zaman saya kecil dulu nih ya, pembelinya juga harus ikutan masuk ke dalam perahu untuk membeli barang yang diinginkan.
Bisa juga dengan kita menyewa klotok dan berkeliling sungai untuk cuci mata sebelum memutuskan ingin membeli apa. Kebanyakan yang dijajakan di Pasar Terapung ini adalah makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Mirip-mirip lah dengan pasar tradisional, bedanya ini di atas perahu yang tentunya bergoyang-goyang di atas air.
sumber: jalurrempah.kemdikbud.go.id |
Di Pasar Terapung, pengunjung juga bisa merasakan sensasi makan di "rumah makan" di atas klotok. Saya ingat pernah menyantap soto Banjar di atas klotok. Sensasinya tentu berbeda ya dengan makan di rumah makan yang ada di daratan.
Setahu saya, saat ini Pasar Terapung sudah terlokalisasi di pinggir sungai Martapura. Di sana sudah lebih rapi dan bukanya juga lebih siang, sekitar pukul 06.00 - 08.00 WITA. Dahulu banget, kalau mau ke sana harus bangun subuh-subuh untuk merasakan atmosfer keramaian Pasar Terapung yang sebenarnya.
Baca tentang: 6 Tradisi Ramadan di Indonesia
Terakhir saya ke sana pun, pengunjung nggak harus pindah-pindah erahu untuk mencari barang yang diinginkan. Mereka bisa membeli dari pinggiran dermaga saja. Sudah banyak pula pedagang yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan sepanjang Pasar Terapung Lok Baintan di Banjarmasin.
Bagaimana perkembangan pasar tersebut saat ini? Tentu saya belum tau, nih. Mungkin teman-teman yang tinggal di sana bisa memberikan update-nya? Hehe.
Makan Itik Panggang di Alabio
Alabio merupakan sebuah daerah yang berada di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Lokasinya jauh sih dari Banjarmasin, masih sekitar 200 kilometer atau 4 hingga 5 jam menggunakan kendaraan pribadi.
Namun, kampung tersebut pasti akan menjadi tempat tujuan saya saat pergi ke Banjarmasin karena keluarga nenek saya banyak yang masih tinggal di sana. Salah satu tempat favorit saya dalam perjalanan ke sana adalah makan itik panggang di Pasar Alabio.
Sumber: carikulinerindonesia |
Kuliner satu ini wajib banget sih buat disantap saat pergi ke Alabio. Saya sudah pernah juga menuliskannya dalam tulisan berjudul Alabio, Kampung Nenek Moyang di Hulu Sungai Utara. Menuliskan ini membuat saya terbayang-bayang itik panggang dengan cita rasa khasnya, dimakan bersama nasi panas, sambal dan tak lupa kuah sop-nya. Beuh, mantap!
Meskipun sudah lama ya nggak mudik ke Banjarmasin, namun tetap saja rasa nikmat dari kuliner favorit saya di kampung halaman tersebut masih terngiang-ngiang. Jadi ingat drama Korea berjudul Crash Course in Romance, yang mana pemeran utamanya hanya bisa makan masakan dari tempat makan yang rasanya serupa dengan masakan yang pernah ia makan di masa lalu.
Baca juga: Tips Memilih Alas Kaki yang Nyaman untuk Traveling
Jika disebutkan lagi, tentu saja masih banyak tempat wisata favorit saya mana kala mudik ke kampung halaman di Banjarmasin sana. Akan tetapi, dua di atas yang saya sebutkan itu adalah yang 90% pasti saya datangi saat berkunjung ke sana.
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍