Assalammualaikum, Bunda Cekatan!
I can't believe this is my last Bunda Cekatan journal! 7 minggu di tahap Kupu-kupu berhasil juga dilalui :') Please, I'm proud of myself boleh banget kan ya ^^
Nggak nyangka perjalanan saya di Hutan Kupu-kupu Cekatan, kelas Bunda Cekatan Institut Ibu Profesional akhirnya mencapai garis finish. Huhu.. Terharu banget!
Ada banyak masa di mana rasanya ingin menyerah, terutama di tahap Kepompong yang rasaya hopeless banget karena sakit dan pemulihan yang memakan waktu almost a month.
Beruntungnya saya punya buddy yang super duper keren, energinya luar biasa dan supportnya bikin semangat saya yang hampir padam menyala kembali.
Di tahap Kupu-kupu, selama 7 minggu saya ditemani oleh mentor dan dua mentee yang menjadi penyemangat untuk saya bisa keluar dari Hutan ini sebagai seekor ulat yang telah bermetamorfosis menjadi kupu-kupu dengan sayap yang cantik.
Refleksi Perjalanan di Hutan Kupu-kupu Cekatan
Saya mau menulis lagi sedikit mengenai perjalanan saya selama di kelas Bunda Cekatan ini. Ada 4 tahap yang sudah saya lalui di kelas ini yaitu tahap telur, tahap ulat, tahap kepompong dan tahap kupu-kupu.
1. Tahap Telur
Semua tahapan memiliki challenge yang bermakna. Menurut saya tahap telur adalah tahapan yang krusial untuk melangkah ke tahapan-tahapan berikutnya.
2. Tahap Ulat
Masuk ke tahap ulat, saya melahap banyak sekali makanan dan saya berusaha untuk fokus hanya melahap makanan yang memang sesuai dengan peta belajar saya.
Di dalam hutan, ada banyak sekali panganan yang sebenarnya lezat dan menggiurkan. Akan tetapi, di sini saya belajar untuk tegas mengatakan "Menarik tapi saya tidak tertarik". Fokus untuk melahap ilmu yang dibutuhkan sangat penting, lagi-lagi untuk melangkah ke tahap selanjutnya yakni tahap kepompong.
Baca juga : Mengelola Emosi Positif dalam Pengasuhan Anak
Di tahap ulat ini, saya juga banyak berkenalan dengan teman-teman sesama petualang di Hutan Kupu-kupu Cekatan. Saya mengenal teman-teman keluarga Literasi, terutama Literasi Non-Fiksi. Saya juga berkenalan dengan teman-teman dari keluarga lain di camping ground.
3. Tahap Kepompong
Tahap kepompong adalah tahap yang paling challenging buat saya. Di saat saya bersemangat untuk menunaikan jurnal 25 hari, Allah berikan saya dan keluarga ujian sakit.
Selepas sembuh dari satu penyakit, saya pun harus kembali berjuang untuk sembuh saat maag saya yang udah lama nggak kambuh tiba-tiba menyerang. Masha Allah, pemulihannya pun lila pisan..
Saya beruntung memiliki buddy yang luar biasa dalam menyemangati saya. Setiap pekannya kami berkabar melalui surat, Mbak Widia selalu memberikan saya inspirasi, motivasi dan positive vibes untuk terus melangkah maju. Perlahan tapi pasti.
Berkat beliau lah saya bisa bertahan hingga menyelesaikan misi demi misi dan sampai di tahap kupu-kupu dan menulis jurnal ini.
4. Tahap Kupu-kupu
Tahapan terakhir adalah tahap kupu-kupu. Di sini saya berlatih untuk menyempurnakan peta belajar saya dengan berbagi ilmu sebagai mentor dan mencari ilmu sebagai mentee.
Me as a Mentee
Saya pun memilih Mbak Puput untuk mendampingi saya dalam belajar public speaking, ilmu penunjang di peta belajar saya. Qadarallah, Mbak Reni dan Mbak Amel meminang saya untuk menjadi mentor mereka mengenai blogging untuk pemula.
7 pekan bersama mereka bertiga membuat saya semakin berbinar dengan apa yang menjadi fokus di peta belajar saya. Di satu sisi saya ingin meningkatkan skill public speaking dan di sisi lain saya senang sekali bisa berbagi soal aktivitas blogging dengan kedua mentee saya.
Alhamdulillah, Masha Allah, Allah pertemukan saya dengan mentor yang sangat perhatian dan membimbing saya dengan sabar. Mbak Puput memotivasi saya dan memberikan supportnya agar saya berani untuk memulai project saya membuat podcast pribadi.
Beliau juga memberikan saya masukan-masukan yang membuat saya sadar bahwa saya bisa melakukan yang lebih baik lagi dan harus belajar serta berlatih lebih banyak lagi.
Di bawah ini adalah surat perpisahan saya untuk Mbak Puput :
Surat saya untuk mentor |
Lalu berikut adalah progress saya selama di tahap kupu-kupu yang tercatat oleh Mbak Puput selaku mentor saya dan feedback saya untuk mentor saya :
Feedback mentor untuk saya dan sebaliknya |
Mbak Puput pun mengirimkan surat untuk saya yang isinya sebagai berikut :
Surat dari mentor untuk saya |
Huhu, tak terasa 7 pekan sudah saya di bawah bimbingan beliau. Selama ini saya merasa yakin dengan diri sendiri dan menjadi lebih percaya diri karena tau ada Mbak Puput yang mensupport saya dari belakang :D
Semoga tanpanya saya tetap bisa percaya diri dan menjadi motivator bagi diri sendiri.
Me as a Mentor
Di kelas Bunda Cekatan ini pula untuk pertama kalinya saya berkesempatan menjadi mentor. Sesuatu yang memang ada di bayangan saya sebelumnya tapi nggak tau kapan bakal kesampaian.
Allah Maha Baik, menjawab keinginan saya untuk menemani teman-teman yang ingin belajar ngeblog dalam kelas di Ibu Profesional ini.
Sejak lama saya memang suka sharing, ngobrol dan berbagi pengalaman. Bukan karena merasa paling tau atau paling bisa, tapi ya emang seneng aja cerita-cerita.
That's why saya menulis di blog dengan gaya bahasa storytelling dan seperti yang teman-teman baca, di tagline blog ini saya menulis untuk menjadi seorang storyteller.
Baca tentang : Peran Strategis Sosial Media bagi Ibu Rumah Tangga
Ada Mbak Reni dan Mbak Amel, dua orang yang gercep meminang saya sebagai mentor mereka. Wah, I feel so apreciated! Tapi saya juga gugup, takut nggak bisa memenuhi ekspektasi kedua mbak ini akan ilmu blogging yang mereka harapkan.
Selama 7 pekan ini, saya berusaha sekali membuat keduanya enjoy dan nyaman dalam belajar. Saya membuatkan materi dan kami memiliki jadwal meet up seminggu sekali untuk berdiskusi, ngobrol dan tanya jawab seputar kegiatan blogging yang dilakukan.
Melihat semangat Mbak Reni dan Mbak Amel, membuat saya semakin berbinar untuk menjadi teman sharing mereka soal ngeblog. Saya senang sekali melihat mereka berdua yang berusaha dengan maksimal untuk berprogress mencapai tujuannya di kelas Bunda Cekatan ini.
Usaha Mbak Reni dan Mbak Amel tidak mengkhianati hasil, selama 7 pekan terakhir saya melihat perkembangan selangkah demi selangkah yang dilakukan oleh mereka berdua secara nyata.
Tidak pernah menyangka, apa yang saya bagikan bisa langsung dipraktikkan oleh Mbak Reni dan Mbak Amel dengan sangat baik. Luar biasa!
Saya terharu sangat saat membaca tulisan Mbak Reni yang di dalamnya sudah menggunakan Headings, mencoba menulis menggunakan kata kunci, berhasil menaikkan score SEO hingga 90an dan berani untuk mulai membangun personal branding sebagai blogger.
Feedback saya untuk Mbak Reni dan sebaliknya |
Untuk Mbak Reni, saya berikan surat perpisahan dan Mbak Reni pun memberikan saya surat perpisahan yang sebelumnya sudah dibacakan sampai sukses membuat saya crying~
Surat untuk Mbak Reni |
Begitu pula dengan Mbak Amel. Saya ingat sekali saat pertama kali belajar, Mbak Amel masih bingung dengan apa yang diinginkannya.
Mungkin sebenarnya Mbak Amel sudah tau mau ngapain dan punya target apa saja, namun masih malu-malu saat menyampaikannya.
Sepekan berikutnya, saya tau bahwa target Mbak Amel adalah di konsistensi menulis. Saya pun memotivasi Mbak Amel dengan bercerita bahwa memang yang terpenting dalam dunia blogging ini adalah konsistensi.
Saya pun melihat kemajuan-kemajuan yang cukup signifikan dari Mbak Amel, terutama dalam gaya menulisnya. Mulanya terlihat sekali Mbak Amel malu-malu dalam mengekspresikan kata-katanya, lambat laun cara berceritanya di blog terlihat lebih enjoy dan percaya diri.
Begitu pula dengan kepribadiannya saat ngobrol virtual setiap minggu. Mbak Amel terlihat lebih nyaman dan lepas saat bertanya atau mengutarakan pendapatnya. Alhamdulillah.
Untuk Mbak Amel, saya sertakan juga surat perpisahan sekaligus progress belajar selama menjadi mentee.
Surat untuk Mbak Amel |
Feedback saya untuk Mba Amel dan sebaliknya |
Saya pun menerima surat dari Mbak Amel yang nggak kalah bikin saya terharu sama seperti saat Mbak Reni memberikan suratnya :
Surat dari Mbak Amel untuk saya |
Akhirnya, Saya Menjadi Kupu-kupu
Finally, saya terbang bebas menjadi seekor kupu-kupu cantik setelah proses metamorfosis selama kurang lebih 6 bulan.
Meski sedih karena harus berpisah dengan buddy, mentor dan mentee, saya percaya ini bukan akhir dari perjumpaan kita. Insha Allah akan ada kesempatan lain di mana kita bisa berjumpa kembali, selama masih ada koneksi internet aman lah. Hehe.
Di luar Hutan Kupu-kupu Cekatan, saya tetap harus belajar dan terus membuat progress. Fokus selalu pada peta belajar saya dan mengejar apa yang menjadi impian saya.
Baca juga : 6 Tips Mengusir Kebosanan untuk Ibu Rumah Tangga
Semua fase yang saya lewati ini tak lepas dari dukungan dan do'a suami saya serta support anak saya.
Seriously, saya bisa melangkah sejauh ini sepertinya memang karena ridho suami tercinta yang ingin saya berkembang dengan menekuni hobi dari rumah.
Suami saya mendukung apapun kegiatan saya selama saya betah membersamai anak saya di rumah.
Inilah hasil metamorfosis saya!
Me as a butterfly |
Saya memberikan warna biru untuk sayap kupu-kupu karena warna tersebut merupakan warna favorit saya. Warna biru melambangkan diri saya yang senang menekuni hobi menulis di blog dan belajar banyak hal untuk mengupgrade diri yang menjalani berbagai peran.
Kemudian warna kuning melambangkan kebahagiaan, semangat, keceriaan, kehangatan serta rasa optimis. Saya berharap, energi positif akan selalu mengelilingi saya ke manapun saya melangkah. Insha Allah dengan izin Allah swt. Aamiin.
Untuk teman-teman yang ingin membaca seluruh jurnal Bunda Cekatan, bisa klik di label "Bunda Cekatan IIP" ya :)
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍