Sejak kembali ke Sukabumi setelah kurang lebih 2 bulan tinggal di Jogja, saya mencoba untuk memberikan jamu cekok pada anak saya yang nafsu makannya moody-an. Hamdallah parents, ada kemajuan pada nafsu dan porsi makan anak saya.
Semuanya bermula dari kekhawatiran saya melihat anak saya yang usianya sudah menginjak 3 tahun tapi jika diperhatikan porsi makannya tak kunjung bertambah. Padahal, anaknya sangat aktif dan nggak kenal kata 'lelah'.
Jika dilihat dari aktivitas hariannya, dapat dipastikan kalau energi yang dibutuhkan juga pasti banyak. But why? Kalau sudah waktunya makan masih sering ogah-ogahan, jawabannya nggak mau, dan kalaupun mau makannya diemut. Hhmmm..
Beberapa kali saya membawanya ke dokter spesialis anak untuk memeriksakan kondisinya, alhamdulillah nggak ditemukan silent disease atau penyakit kronis yang aneh-aneh. Dokter mengatakan kalau anak saya ini tipe small eater alias nggak bisa makan langsung dalam porsi besar. Akhirnya dokter pun memberikan jadwal makan untuk kami terapkan di rumah.
Seminggu-dua minggu hingga sebulan, saya dan suami konsisten menerapkan jadwal makan yang dianjurkan oleh dokter. Tapi, saya belum melihat kemajuan yang berarti hingga jadwal kami konsultasi kembali ke dokter.
Dokter lagi-lagi mengatakan, "Nggak ada masalah, cuma porsi makannya aja kurang banyak sehingga kalori yang masuk belum mencukupi. Akibatnya, berat badannya irit mengalami kenaikan," begitu kata beliau.
Zuzur masalah makan anak ini sungguh menguras pikiran, tenaga dan emosi saya. Orang tua mana lah ya yang nggak khawatir kalau berat badan anaknya itu mepet-mepet di kurva pertumbuhan, was-was kalau sakit dan beratnya turun, nggak punya tabungan biar tetap berada di status gizi baik.
Perubahan Keteraturan yang Berimbas Perubahan Pola Makan
Bulan November hingga awal Januari kemarin, saya dan anak saya tinggal di rumah orang tua saya di Jogja. Alasan awalnya adalah karena akan menghadiri pernikahan adik saya tanggal 21 November lalu.
Selebihnya, ada kekhawatiran bakal PPKM ina inu lah hingga akhirnya baru bisa kembali ke Sukabumi di tanggal 6 Januari lalu.
Selama berada di Jogja, keteraturan anak saya yang selama ini terjaga jadi berubah total. Di Sukabumi, kami hanya tinggal bertiga (saya, suami dan anak). Jika ayahnya pergi kerja, seharian hanya ada saya dan anak saya di rumah. Sungguh berbeda dengan saat kami di Jogja, apalagi di hari menjelang dan setelah pernikahan adik saya.
Rumah saya dikunjungi banyak saudara, anak saya jadi punya banyak teman dan makin senang bermain. Keteraturannya pun berubah total, mulai dari jadwal makan hingga jam tidurnya. Yang biasanya rutin tidur siang, selama di Jogja jadi bisa dihitung jari tidur siang di sana.
Yang bikin sebel ya perubahan pola makannya itu. Beberapa bulan mengikuti jadwal makan yang diberikan dokter, ambyar seketika saat anak dihadapkan dengan banyaknya cemilan dan makanan-makanan yang masuk daftar tidak boleh diberikan versi dokter.
Mainnya jalan terus, makannya stuck. Porsi nggak nambah, jadwal makan berantakan. Stress pisan euy! Ibu saya yang mulanya optimis bisa menahan emosi ketika membujuk anak saya untuk makan, beberapa kali tersulut juga saking luamanya bocil ngemut makanan.
Memberikan Jamu Cekok Untuk Atasi Anak Susah Makan
Sepulangnya ke Sukabumi, ibu saya mengusulkan berbagai alternatif agar cucunya mau makan dengan benar. Nggak butuh lah anak gue harus gemuk yang di atas rata-rata, yang penting makannya normal dan beratnya bertambah sesuai dengan standar tiap bulannya.
Salah satu ide yang dicetuskan oleh ibu saya adalah memberikan jamu cekok pada anak saya. Jamu? Iya sih saya lulusan Farmasi Bahan Alam, tapi udah lama juga tuh nggak minum jamu dan mulai tidak lagi memperhitungkan khasiat dan efektivitas dari minuman herbal tersebut. Wqwq~
Ternyata, di komplek perumahan tempat saya tinggal ada bakul jamu yang biasa keliling. Ibu saya pun memesan jamu cekok untuk anak saya. Katanya, anak-anak di komplek juga banyak yang mengkonsumsinya saat mereka baru sembuh dari sakit atau sedang susah makan.
Jamu cekok sendiri merupakan tradisi yang sudah turun temurun dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk mengatasi anak yang susah makan. Ramuannya terdiri dari berbagai empon-empon seperti temulawak, temu ireng, temu giring, lempuyang emprit, kunyit, jahe, kencur dan bahan alami lainnya.
Kalau melihat video-video di Youtube bagaimana anak dicekoki jamu, sebenarnya saya khawatir anak saya bakal drama dan ngamuk-ngamuk. Saya sendiri nggak tega juga memaksa anak seperti itu.
Cara Mengkonsumsi Jamu Cekok
Saat pesanan jamu cekok tiba, ayuk penjual jamu membantu untuk mencekoki anak saya dengan ramuan jamu yang sudah disiapkan. Caranya gimana?
Pertama, siapkan kain bersih untuk mewadahi ramuan jamu. Selanjutnya, anak diminta untuk menengadah (nengok ke atas) dan jamunya pun diminumkan melalui kain tadi. Sisa cairannya kemudian ditampung di dalam gelas dan diminumkan kembali ke anak sampai habis.
Pertama kali dicekoki jamu, anak saya menangis tapi amazingly nggak lama, hanya beberapa detik. Kaget aja kayaknya dia, "Ni gue diapain, woy?". Selanjutnya, jamu dari kain tersebut justru ia hisap sendiri. Cairan dari gelas pun ia minum sampai habis tanpa komplain.
Ternyata doyan |
Alhamdulillah untuk tidak adanya drama di episode ini.
Anak saya disarankan untuk mengkonsumsi jamu cekok ini seminggu sekali selama tiga minggu. Kali kedua dan ketiga minum jamu cekok, anaknya malah bersemangat sekali. No drama sama sekali.
Mungkin, anak saya melihat saya dan neneknya juga fine-fine aja minum jamu dan dia jadi ingin ikut-ikutan minum jamu juga.
Efektifkah Jamu Cekok Untuk Atasi Anak Susah Makan?
Harus saya akui, ada perubahan nafsu makan yang cukup signifikan pada anak saya setelah kurang lebih dua kali mengkonsumsi jamu cekok. Perubahan yang paling terlihat adalah anak saya sudah jarang ngemut makanan dan makannya jadi lebih cepat habis.
Buat saya ini udah alhamdulillah wa syukurillah banget, Parents! Saya teringat pernah merasa begitu frustasi ketika saya sedang menyuapinya makan, lalu nyambi mandi dan sholat, itu satu suapan masih ada di dalam mulutnya. Hhh...
Kalau sekarang inget kejadian itu sih udah bisa ketawa-ketawa, tapi dulu suwer deh kata-kata dalam tulisan nggak sanggup menggambarkan emosi saya yang ingin mbledug!
Berbagai bahan alami dalam pembuatan jamu |
Jamu cekok yang terdiri dari beberapa rimpang yang memang sudah terbukti mengandung senyawa yang dapat meningkatkan nafsu makan, seperti :
Curcuma xanthorrhiza (Temulawak)
Temulawak ini merupakan salah satu komposisi utama dalam jamu cekok di mana minyak atsiri yang terkandung di dalamnya diketahui merupakan senyawa dapat meningkatkan nafsu makan.
Minyak atsiri dalam temulawak memiliki sifat koleretik, yang mempercepat sekresi empedu dan mempersingkat pengosongan lambung. Selain itu, senyawa curcumin dalam temulawak juga dapat meningkatkan nafsu makan melalui fungsinya sebagai karminativum (antiflatulent).
Curcuma aeroginosa Roxb (Temu Ireng)
Rimpang yang masuk ke dalam famili Zingiberaceae ini mengandung flavonoid, saponin dan polifenol serta minyak atsiri. Selain dapat meningkatkan nafsu makan karena juga mengandung curcumin, temu ireng ini digunakan sebagai salah satu komposisi jamu cekok karena dapat mengatasi cacingan.
Zingiber americans (Lempuyang Emprit)
Lempuyang emprit atau lempuyang pahit mengandung minyak atsiri yang bersifat bakteriostatik terhadap bakteri Escherichia coli. Bakteri ini sendiri dapat mengakibatkan infeksi saluran pencernaan dan menyebabkan turunnya nafsu makan hingga sakit perut.
Dengan pemberian lempuyang emprit ini, diharapkan pertumbuhan bakteri E.coli ini dapat terhambat sehingga tidak mengganggu saluran pencernaan anak dan berimbas pada meningkatnya nafsu makan serta berat badan anak.
Selain tiga empon-empon yang saya sebutkan ini, komposisi jamu cekok sangat beragam. Ada yang menggunakan sambiloto, daun pepaya hingga bawang merah. So far, dari beberapa penelitian yang saya baca, jamu cekok secara empiris telah terbukti meningkatkan nafsu makan dan berat badan.
Sepengalaman saya setelah mencoba jamu cekokan ini pada anak saya, nafsu makannya memang sudah jauh membaik. Tapi ya Wallahu a'lam bissawab, nggak ada salahnya sebagai orang tua kami berikhtiar.
Maintain Terus Tumbuh Kembang Anak
Sekarang ini berarti sudah kurang lebih sebulan sejak anak saya meminum jamu cekoknya yang ketiga. Untuk memaintain nafsu makan dan berat badannya, saya tetap memberikan vitamin dan suplemen seperti yang dianjurkan dokter.
Saya juga menjaga agar kebutuhan kalori per harinya tercukupi dengan menyediakan makanan yang tinggi protein, juga mengandung karbohidrat, lemak dan sayuran yang seimbang. Saya juga mengusahakan pemberian susu dan buah secara rutin.
Sebagai orang tua, tentu saya nggak mau melewatkan periode emas 5 tahun pertama masa pertumbuhan otak dan fisik anak saya. Karena pada masa balita inilah periode pertumbuhannya akan mempengaruhi dan menentukan bagaimana ia berkembang selanjutnya.
Gitu deh, Parents, cerita tentang pengalaman saya memberikan jamu cekok untuk mengatasi anak yang susah makan. Semoga bisa membantu untuk yang punya pengalaman mirip-mirip dengan saya ya.
Sebenarnya, kita bisa loh membuat sendiri jamu cekok ini di rumah karena bahan-bahan yang digunakan relatif mudah didapatkan dan tentunya proses pembuatannya bisa lebih terkontrol dan higienis.
Lebih baik lagi jika teman-teman mencari referensi terlebih dahulu terkait dengan bahan-bahan yang akan digunakan serta takaran masing-masing bahannya.
Sukabumi, 9 Februari 2022
9 Komentar
Bisa nih dicoba ke anak saya, emang sih pasti reaksi awalnya bakal ngga mau, kaget, dan drama. Tapi mungkin kalau udah biasa ya bakal mau kali ya. Apalagi buat anak yang picky eater nih.
BalasHapusWah keren euy, bisa minum jamu tanpa drama
BalasHapusAnak anakku mana mau minum jamu
Padahal mereka susah makan
Ini yg bikin mamak galau
Kedua anak saya belum pernah dicekokin, lhaaa semuanya doyan makan, hahaha... Tapi saya di waktu kecil pernah dicekok. Lupa deh rasanya. Jadi setahu saya ini jamu memang sudah turun temurun menjadi alternatif solusi untuk mengatasi anak susah makan.
BalasHapuswah penting banget ini untuk para orang tua yang kesulitan menghadapi anak yang susah makan. makasih banget loh mbak informasinya
BalasHapusSaya jg dulu malas makan mba. Akhirnya nenek saya nyuruh minum jamu beras kencur tiap pagi
BalasHapusWah, jamu-jamuan cekok seperti ini memang masih banyak ditemukan di daerah ya. Pernah lihat anak kecil di cekok jamu sampai nangis2 haha tapi ya mau bagaimana lagi demi si kecil juga.
BalasHapusBanyak banget manfaat dari minum jamu yaa..
BalasHapusDan selain aman dikonsumsi anak dan orang dewasa, jamu juga terkenal dengan khasiat dari bahan-bahan alaminya.
Tapi kok mau yaa..?
Hhiihi..apa rasanya gak pait?
Minum jamu pakai kain. Jadi ingat semasa kecil dikasih emak minum daun entah apa namanya pakai kain ditetes ke kerongkongan. Kata beliau untuk obat cacing. Informasi yang bermanfaat.
BalasHapusTips penting buat anak pertama saya yg bakal lahir nih. Patut dicoba kalo suatu hari nanti dia makannya moody juga. Jadi inget pas dulu saya masih kecil juga susaj bgt makannya, terus minum suplemen penambah nafsu makan, eh nafsu makannya jadi besar sampe sekarang 😅
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍