My daddy is the best,
The best there ever was
My daddy is the best,
And I love him just because..
Sepenggal lagu "My Daddy's Song" dari video Youtube anak-anak favorit anak saya, membawa saya terkenang-kenang ayah saya. Saat pertama mendengarkan lagunya, auto terharu dan mau mewek sendiri :')
Perayaan Hari Ayah di bulan November ini membuat saya ingin menuliskan (lagi) sesuatu tentang beliau. Dalam beberapa tulisan di blog, saya biasanya membawa kenangan bersama ayah saya pada tulisan bertema traveling. Memang banyak sekali kenangan bersama beliau ketika kami sekeluarga pergi bersama.
Di bulan November ini juga, tepatnya tanggal 21 November 2021 lalu, adik pertama saya melangsungkan acara pernikahan dengan wanita yang sudah dekat dengannya sejak masih kuliah. Momen pernikahan tersebut merupakan momen bahagia sekaligus mengharukan, sedih juga ketika ingat bahwa Bapak sudah tidak lagi bersama kami dan ikut merayakan hari sakral tersebut.
Baca juga : Dear Bapak
Banyak sekali momen yang membuat perasaan saya campur aduk hingga ingin meneteskan air mata. Tapi, berhubung masih sibuk mengejar bocil yang kemarin sangat excited dan nggak bisa diam sama sekali, saya simpan kegalauan saya untuk lain kali. *emak-emak with toddler lyfe be like --"
Sebenarnya saya jarang sekali menulis sesuatu yang punya roman-roman kesedihan atas kepergian Bapak. Sebagai anak pertama, rasanya saya ingin menguatkan ibu dan ketiga adik saya dengan berusaha selalu terlihat tegar. Selalu bercerita hal yang menyenangkan yang pernah kami lewati bersama Bapak.
Padahal sebenarnya, saya itu nggak sanggup menulis atau berbicara banyak tentang Bapak. Bawaannya PASTI berkaca-kaca, daripada ambyar mending nggak usah sekalian.
5 Pelajaran Hidup dari Bapak
Balik lagi, karena di bulan November ini ada momen yang mengingatkan saya tentang Bapak, maka saya ingin menuliskan hal-hal yang saya pelajari dari Bapak semasa hidupnya.
1. Menomorsatukan Tuhan
Salah satu panutan saya dalam belajar agama ya dari Bapak sendiri. Meskipun sibuk dengan aktivitas duniawinya, Bapak tidak pernah sekalipun lalai dalam menjalankan shalat 5 waktu. Bangun di tengah malam untuk bertahajud merupakan pemandangan yang biasa.
Puasa sunnah seperti Senin-Kamis juga rutin beliau lakukan. Bahkan yang membuat saya hingga hari ini dan untuk selamanya akan terenyuh adalah ketika beliau berpuasa Senin-Kamis untuk cucunya selama 9 bulan saya mengandung. Padahal, tanpa disadari saat itu Bapak sudah sakit.
Beliau pun berangkat menunaikan ibadah haji dalam kondisi kesehatan yang semakin menurun. Sempat dilarang oleh dokter untuk berangkat, namun Bapak yakin bahwa Allah SWT akan memberikan pertolongan. Alhamdulillah, beliau bisa menjalankan hal-hal wajib selama haji.
Saya belajar dari Bapak bahwa siapapun kita, apapun pekerjaan kita dan bagaimanapun kondisi kita, Tuhan adalah nomor satu. Beribadah kepada Tuhan(mu), meminta dan memohon kepada Tuhan(mu), berpasrah diri pun hanya kepada Tuhan(mu) semata.
Bahkan hingga saat terakhir beliau akan pergi, dalam kondisi setengah sadar, Bapak masih ingat untuk melaksanakan ibadah shalat Dzuhur. Masha Allah :')
2. Fokus Pada Tujuan dan Cita-Cita
Inget banget dulu, sewaktu SMP saya pernah ditanya ingin kuliah di mana? Saya menjawab ingin masuk ke salah satu universitas negeri ternama di kota Yogyakarta. Bapak berpesan agar saya fokus pada cita-cita saya pada saat itu.
Pikirkan bahwa someday, kita bisa meraihnya. Dengan demikian, jika kita sudah fokus pada apa yang akan kita tuju, kita akan berusaha mencari cara dan melayangkan do'a agar bisa sampai ke tujuan tersebut. Fokus dan jangan mudah goyah apabila tujuan dan cita-cita kita tersebut merupakan hal yang baik.
When I am at my best, I am my father's daughter...
Bertahun-tahun kemudian, saya bisa membuktikan kata-kata Bapak dengan menjadi mahasiswi di universitas yang sudah menjadi tujuan saya sejak SMP dulu. Hingga saat ini, apabila saya memiliki suatu keinginan dan cita-cita, maka fokus, berusaha dan berdo'a menjadi kunci yang selalu saya pegang.
3. Berempati
Saya termasuk orang yang nggak tega melihat (literally melihat) orang lain kesusahan. Sebut saja seorang kakek atau nenek yang harus memikul dagangannya yang berat dan berjalan sekian puluh kilometer untuk menjajakan jualannya. Kalo nggak bisa beli, mending gue nggak usah liat mereka. Sediiih rasanyaaa...
Berbeda dengan Bapak yang justru nyuruh-nyuruh anaknya buat melihat hal-hal miris tersebut. Inget banget ketika kami sekeluarga bepergian menggunakan mobil dan melihat pengemis, pengamen bahkan penjual seperti yang saya ceritakan di atas, Bapak selalu meminta kami (saya dan adik-adik) untuk memerhatikan mereka. Whaaayyy???
Baca tentang : Desa Kecil itu Bernama Walikukun
Beliau berpesan bahwa nggak semua orang hidupnya berkecukupan. Nggak bisa kalau kita selalu melihat orang lain yang hidupnya ada di atas kita, sesekali lihat orang-orang yang harus berjuang super duper ekstra untuk bertahan hidup setiap hari.
Dari Bapak saya juga belajar untuk tidak ragu memberikan bantuan pada mereka yang benar-benar kesusahan dan membutuhkan. Seperti saat beliau menjadi relawan di Aceh pada saat tsunami, serta turun langsung membantu korban pasca gempa di Padang.
Ketika Gunung Merapi di Yogyakarta meletus pun, Bapak mengumpulkan saya dan mahasiswa yang kuliah di sana untuk menjadi relawan membantu korban terdampak.
4. Hidup Rukun Antar Saudara
Setelah kakek dan nenek saya meninggal, sebagai anak sulung, Bapak selalu berusaha untuk mengayomi adik-adiknya. Menyempatkan diri untuk ngobrol barang via chat atau telepon. Menjadwalkan kapan waktu yang tepat untuk berkumpul bersama saudara-saudaranya yang sudah tersebar di berbagai kota.
Saat saya kecil, sering kali keluarga kami berlibur bersama om dan tante serta sepupu-sepupu saya. Bertemu saat hari raya dan mengunjungi kota tempat tinggal saudara Bapak yang lain. Bapak berpesan bahwa kami (saya dan adik-adik) harus menjalin silaturahmi yang baik dengan semua sepupu kami. Sebab jika orang tua sudah tiada, maka mereka lah yang akan menjadi keluarga kami berikutnya.
Saya salut dengan cara Bapak untuk menjaga kerukunannya dengan saudara-saudaranya yang lain. Bukan hanya dengan adik-adiknya tapi juga kerabat lain seperti paman, bibi, sepupu dan lainnya. Bapak selalu berusaha menjalin silaturahim dengan semua familinya.
Bahkan, beliau juga memperlakukan teman-teman serta sahabatnya seperti saudara sendiri. Nggak heran, teman akrab Bapak begitu banyak dan semua satu suara bahwa Bapak merupakan sosok yang humble dan friendly.
5. Menciptakan Momen Berharga Bersama Keluarga
Bapak saya memang bukan tipe ayah yang membaur dengan anak-anaknya dan memperlakukan kami selayaknya teman. Saya menyadari bahwa beliau membuat batasan, gue bokap lo, lo anak gue. Kira-kira begitu lah ya, sehingga anak-anaknya menjadi sungkan dan hormat kepada beliau.
Dan sedari kami kecil, Bapak selalu sibuk dengan pekerjaannya. Bisa dikatakan beliau adalah seorang yang workaholic. Selalu memberikan yang terbaik untuk perusahaan tempat beliau bekerja. Sering pergi dinas baik luar kota bahkan ke belahan benua lain, sehingga waktu untuk bersama keluarga pun mungkin tidak sebanyak bapak-bapak lain dengan keluarganya.
Sumber : Pinterest |
Akan tetapi, setiap momen yang Bapak habiskan di rumah, sebisa mungkin menjadi momen yang memorable bagi kami sekeluarga. Kegiatannya kayak yang 'gitu doang', seperti pulang kerja mengajak kami sekeluarga muter-muter kompleks naik mobil, lalu mampir membeli martabak atau sate padang. Tapi, bagi saya ini sangat membekas sekali.
Bapak juga sering kali menghabiskan cutinya (dan uangnya) untuk mengajak kami sekeluarga liburan. Nggak hanya plesiran yang jauh-jauh seperti saat kami ke Manado dan Makassar, tapi juga hiburan tipis-tipis seperti kuliner yang unik dan lezat yang ada di kota tempat tinggal kami.
Dari sana saya belajar, bahwa sebagai orang tua sebisa mungkin kita menanamkan memori yang menyenangkan dan membahagiakan untuk dikenang oleh anak-anak kelak. Terlepas dari segala kebaikan yang beliau tinggalkan untuk saya amalkan, ada rasa senang dan nyaman saat saya menghabiskan waktu bersama kedua orang tua saya.
Thank's, Dad...
Terima kasih untuk semua pembelajaran hidup yang sudah Bapak berikan. Masih banyak hal lain yang sebenarnya bisa dipelajari dari Bapak. Semoga semuanya bisa menjadi amal jariyah dan memberatkan timbangan kebaikan Bapak. Aamiin.
Makasih juga loh, untuk teman-teman yang sudah membaca curhatan saya di momen Hari Ayah ini :))
Sukabumi, 26 November 2021
50 Komentar
masyaallah. sungguh besar jasa ayah bagi kita, ya.
BalasHapusaku juga belajar banyak hal seperti di atas dari ayahku. alhamdulillah
Alhamdulillah, semoga bisa jadi amal jariyah untuk Bapak-Bapak kita ya Mbak kebaikan-kebaikannya.
HapusPertama saya ucapkan selamat untuk pernikahan adiknya ya, Mbak Ima.
BalasHapusKedua, duh mbak saya baca ini malah ikut nangis, di hari ultah dan pensiun Bapak saya belum bisa pulang kampung, malah jadi kangeeeen😔
Wejangan² seorang bapak itu pasti membekas ya, mbak.
Kemarin di hari ultah Bapak, saya kasih kado sebuah blog untuk beliau. Saya meminta beliau agar wejangan² untuk anak²nya agar bisa dituliskan dalam blog. Karena dari situlah semua akan abadi ya, Mbak. Setidaknya tersimpan digital bisa diwariskan untuk anak cucu
Makasih Mbak Julia. Aaa semoga bisa segera mengunjungi Bapak Ibu lagi ya 🙏 seru banget Bapaknya jadi punya blog, pasti banyak cerita-cerita dari beliau ya di sana.
HapusMbaak, jadi mewek, ingat almarhum ayah saya yang baru berpulang September lalu. Ayah saya menyusul ibu, 2 hari setelah ibu saya meninggal. Sekarang, kalau mengingat keduanya, nangis sendiri saya. Masya Allah ya ... yang namanya orang tua .. pasti menjejak kuat dalam diri kita kenangannya.
BalasHapusHuhu iya Mbak Niar, saya ngikutin ceritanya juga di blog Mbak. Semoga dilapangkan jalannya dan diberatkan timbangan kebaikan dari keduanya ya Mbak. Semangat Mbak Niar..
HapusAyah memang sosok yang paling berharga banget, banyak hal hebat dan pengajaran yang beliau lakukan dari kecil hingga dewasa.. Jasanya memang tidak pernah tergantikan oleh apapun..
BalasHapusBetul, Mas. Semoga bisa jadi sosok Bapak yang berkesan buat anak-anak juga ya.
HapusHi Mbak Ima, semoga alm Bapak mendapat tempat terbaik di sisi Allah ya. Anyway, dari cerita Mbak Ima ini, saya jadi terinspirasi buat 'nyontek' apa yang alm. Bapak lakukan di poin nomor 5 ini.
BalasHapusSecara saya kalau udah di rumah, udah bawaannya sibuk sendiri yang ngecek hape lah, itu lah, ini lah. Lupa sama anak kecil yang seharian nungguin kepulangan saya.
Terima kasih sudah berbagi ya Mbak. Doa terbaik buat Mbak Ima sekeluarga.
Aamiin. Makasih banyak Mas Prim. Hoiyaa emang kalo udah pulang kerja capek pengennya rebahan bae ya, mungkin bisa main sama anak yang sambil rebahan juga. Baca buku atau cerita-cerita gitu. Hehe.
HapusTerima kasih ya mbak, sudah berbagi cerita perihal ayah di hari ayah.
BalasHapusMembaca tulisan ini saya jadi rindu sama ayah di kampung halaman.
Sudah dua tahun tidak bisa pulang kampung karena sedang pandemi, bukan masalah tidak mampu, tapi karena tidak diperbolehkan, dan ketika punya rencana untuk pulang kampung di akhir tahun pun sepertinya akaan kembali tertunda, apalagi dengan adanya larangan dari pemerintah untuk tidak berpergian selama libur akhir tahun.
Ya mau gimana lagi ya, pada akhirnya hanya bisa melepas rindu kepada keluarga di rumah lewat telepon saja.
Selamat untuk pernikahan adiknya ya mbak.
Ah iya pasti sedih banget nggak bisa mudik-mudik ya, Mas. Saya juga udah 2 taun nggak lebaran di rumah. Baru kali ini pulang lagi ke Jogja karena acara keluarga.
HapusIya nih, makin menghkawatirkan karena malah ada varian baru Covid-19. Huhu.
Makasih buat ucapannya 🙏
mbak ima, aku padamu
BalasHapusbaca ini auto mewek sendiri karena ingat almarhum papa
memang bagi anak perempuan, ayah adalah cinta pertamanya ya mbak
ayah adalah teladan
Wah Mbak DK hugs juga.. Alhamdulillah punya Bapak yang dari beliau kita bisa belajar banyak ya Mbak.
Hapus"ayah, dalam hening sepi ku rindu".
BalasHapusPertama saya turut berdoa, semoga almarhum bapaknya mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan.
Untuk point 5, ayah saya juga begitu. Sangat workaholic, tapi kalau di rumah, fokus semuanya padaa keluarga. Nggak ada istilah bawa kerjaan ke rumah, dan nggak pernah angkat telepon kantoe juga.
Aamiin. Aamiin. Makasih buat doa baiknya, Mas.
HapusWah keren itu, kalo udah sampek rumah langsung berganti peran ya dari orang kantoran jadi Bapak dan suami yang fokus sama keluarga.
hiks, makasih atas tulisannya mbak. Aku pribadi tidak banyak yang bisa aku pelajari dari sosok ayah, karena ayahku meninggal saat aku masih duduk di kelas 6 SD. Tetapi yang kuingat ayahku sangat baik kepada semua orang dan itu yang aku coba ikuti darinya.
BalasHapusTurut berduka juga ya, Mbak. Sudah lama sekali tapi kenangannya masih tersimpan ya tentang Bapaknya.
HapusSemoga pernikahan adiknya Samara ya Mbak.
BalasHapusJuga, Al Fatihah untuk Bapak tercinta.
Begitu banyak kebaikan yang Almarhum ajarkan sehingga tertanam di hati putra-putrinya
Semoga apa yang orangtua kita ajarkan bisa kita lanjutkan ke anak cucu kita nanti.
Makasih, Mbak Dian. Aamiin YRA.
HapusIya, semoga kebaikannya bisa nular juga ke anak cucunya karena dengan melakukan hal-hal tersebut kita mengenang beliau. Jadi inget film Coco deh.
Bagi saya sosok Bapak itu luar biasa banget. Beliau rela berkorban apa saja demi keluarganya. Saya ingat dulu Almarhum Bapak selalu menjadi pengawal setia kelima putrinya. Semua urusan sekolah selalu Bapak yang menemani. Semoga Allah lapangkan kubur Beliau, ampuni semua dosa2nya dan ditempatkan di surga-Nya bersama orang2 yang beriman, aamiin.
BalasHapusWah berlima cewek semua ya, Mbak. Aamiin ya Allah semoga timbangan kebaikan dari bapak-bapak kita diberatkan ya sama Allah swt.
Hapusduh jadi inget ayahku nih Mba. beliau juga workaholic buanget.. bahkan dari aku lahir sampai sekarang punya anak dua, kami tuh masih jadi keluarga yang long distance gitu. jarang bgt ada waktu buat keluarga dan anak, saya sendiri agak susah mengingat2 apa kebiasaan yang sering kami lakukan bersama. tapi gimanapun juga ayah tetap begitu berjasa buat keluarga saya
BalasHapusBiarpun workaholic gitu pasti demi istri sama anak-anak juga ya, Mbak.
HapusBaca ini jadi inget pesan bapakku yang selalu bilang kalau dapat rezeki jangan lupa disisihkan untuk sedekah dan zakat. :')
BalasHapusSemoga kita dimudahkan untuk terus berbagi dengan sesama ya, Mbak..
HapusLahul fatihah buat almarhum bapak saya.
BalasHapusUntuk mbak Ima dan ayahanda, doa yang banyak serta terbaik. Semoga lima kenangan berharga di atas, adalah juga kenangan-kenangan terbaik dari banyak lagi para ayah dan putri mereka.
Aamiin ya Allah
Aamiin. Saya yakin masing-masing orang tua meninggalkan jejak kenangan yang memorable buat anak-anaknya, semoga yang baik-baik ya kenangannya.
HapusSosok ayah memang mengajarkan kita banyak hak ya. Beruntung jika punya sosok ayah yang dapat dikenang dengan baik. Karena, diluar sana ada yang kehilangan sosok ayah sejak kecil.
BalasHapusKeren nih meski beliau sibuk, tapi tetao bikin momen yang memorable itu menurutku gak gampang lho. Meski yang dilakukan sederhana, tapi momennya tetao indah untuk dikenang.
Iya, Mbak. Saya aja suka kasian sama adik saya yang waktu Bapak meninggal dia masih sekolah. Gimana yang ditinggal sejak kecil? :(
HapusSemoga kita bisa demikian juga untuk anak-anak kita nanti ya, bikin momen yang everlasting buat dikenang.
Bagi anak perempuan, ayah itu sosok idola banget ya. Terima kasih mba tulisannya, aku jadi merenung dan ingin berbakti sebanuak mungkin sama papa
BalasHapusSelagi masih ada waktu dan kesempatan Mbak, jangan disia-siakan 😁
HapusAku pun sama mba, tiap kali hendak menuliskan tentang alm bapak, selalu air mata keluar duluan. Enggak sedih sih, karena namanya kepergian seseorang kembali ke Sang Empunya memang sudah takdir. Tapi entah kenapa yaa mata selalu berkaca-kaca kalau mengenang beliau. Terlalu banyak kenangan manis bersama beliau hingga akhir hayatnya. Lelaki hebat nomer 1 sebelum kehadiran suami. :)
BalasHapusBetul, Mbak. Sudah bisa nerima dan ikhlas tapi tetap rasanya ambyar kalo mengenang beliau. Saya nulis ini juga beberapa hari, kalau sudah mulai baper off dulu. Hehe. Bisa vertigo saya kalo kebanyakan nangis tuh.
HapusBapak saya juga telah pulang ke hadirat Tuhan. Saya pun hanya bisa mengenang kebaikan beliau di hari bapak beberapa waktu lalu.
BalasHapusSemoga nanti catatan blog mbak ini bisa dibaca juga sama cucu almarhum bapaknya. Semacam warisan petuah 🙂
Wah aamiin. Semoga meninggalkan manfaat buat anak cucu nantinya ya.
HapusDuh jadi kangen alm bapakku, sejak kelas 1 SMA aku udah kehilangan Bapak, tapi sama sih banyak banget memori indah yang ditorehkan bapak dari saya kecil sampai akhirnya kehilangan bapak. Dulu kadang suka iri melihat teman-teman yang sampai setua ini masih memiliki bapak, kadang suka berangan-angan seandainya masih ada gimana senangnya bapak dengan cucu-cucunya. Untunglah ibu masih menemani kami hingga cucu-cucu lahir. Bapak buatku selalu the best.
BalasHapusIya banget. Kadang kalo liat anak saya malah saya sedih sendiri keinget Bapak :( sayang banget beliau sama cucunya.
HapusSemoga ibu sehat selalu ya Mbak.
Ikut terharu bacanya.
BalasHapusBapak jadi sosok yang mengajarkan banyak hal juga ke aku mbaa. Sampai-sampai minta jodoh waktu itu mau yang kayak Bapak saya, ya sabarnya ya ilmunya ya kepribadian lainnya.
Role model banget Mbak Bapaknya. Tapi pasti sih, kalo udah kenal sama sosok bapak sadar nggak sadar nyari cowok yang 11 12 karakternya dengan beliau. Entah itu baik/enggak.
Hapussosok ayah biasanya memang menjadi menjadi hero yang bagi anak perempuan. kalau aku jujur selama almarhum ayah hidup nggak terlalu akrab karena beliau nggak banyak bicara. tapi pastinya almarhum ayahku merupakan sosok ayah yang selalu berusaha mengutamakan pendidikan untuk anak-anaknya
BalasHapusMbak Ima, thank you for sharing. Saya senang sekaligus iri setiap membaca kisah manis anak perempuan dan ayahnya. Karena saya nggak seberuntung itu bisa menghabiskan waktu dengan ayah kandung :)
BalasHapusKangen bapak...
BalasHapusSosok lelaki terbaik yang pernah hadir di hidupku. Bapak adalah suri tauladan terbaik buat anaknya
Hugs Mba Nunu. Alhamdulillah punya bapak yang memberikan suri tauladan bagi kita anak-anaknya ya.
HapusMbak... Aku sedih tetiba ingat almarhum ayahku juga... Semoga Allah memberikan. Surga terindah buat ayah. Memang ya mbak ayah itu sosok terhebat buat kita
BalasHapusAamiin ya Allah. Semoga amal ibadah beliau-beliau ini diterima Allah swt.
HapusMeneruskan kebaikan beliau melalui pengasuhan-pengasuhan yang pernah diajarkan juga kebiasaan baiknya, semoga menjadi amal jariyyah untuk Ayahanda.
BalasHapusAllahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wa fu anhu.
Inget ayahku juga. Beliau paling luar biasa dan selalu ada untuk anak perempuannya
BalasHapusselamat untuk pernikahan adiknya ya, Mbak dan semoga samara.
BalasHapusHubungan mengenai ayah dan anak memang selalu sangat personal, ayah juga biasanya lebih banyak memendam dalam mengungkapkan kasih sayang serta lebih memiliki jarak. Namun pelajaran hidup yang didapat selalu banyak dan menjadi contoh bagi anak-anaknya. Semoga mendapatkan terbaik di sana utk alm bapak.
Ima...
BalasHapusKamu beruntung punya bapak seperti beliau...
Dan aku juga beruntung punya saudara kandung seperti beliau...
.....
Beliau yang terbaik..
Selamanya...
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍