Memasuki tantangan hari ke-3 di zona ke-3 kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional batch 6, aku akan kembali membahas sedikit mengenai materi Kecerdasan Emosi dan Spiritual pada anak.
Sebagai pengantar jurnal tantangan hari ke-3 ini, aku akan berbicara tentang Adversity Quotient (AQ). Pada materi yang sudah diberikan sebelum tantangan ini dimulai, dijelaskan bahwa AQ adalah ilmu ketangguhan manusia mengubah tantangan sebagai peluang.
Konsep Adversity Quotient diumpamakan sebagai proses pendakian dalam kehidupan. Kesuksesan merupakan sejauh apa seorang individu bergerak maju dan terus melangkah, terus tumbuh dan berkembang meski selama hidupnya mengalami tantangan dan hambatan.
Saat melatih kecerdasan emosional dan spiritual pada anak, tentu kita akan menemukan hambatan dan tantangan. Sehingga, kita dapat menerapkan konsep Adversity Quotient untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut.
Adversity Quotient menurut Stoltz (1997) memiliki 3 bentuk definisi yaitu :
1. Kerangka konseptual untuk memenuhi dan memperbaiki semua aspek kesuksesan,
2. Ukuran bagaimana seseorang menghadapi kesulitan,
3. Alat yang didasarkan pada pengetahuan ilmiah untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam merespon kesulitan.
Sekarang, setelah memahami konsep AQ diharapkan orang tua akan lebih bijak dalam memandang kesulitan yang dihadapi saat mengajarkan ananda mengenai kecerdasan emosional dan spiritual.
Cerdas Emosi dan Spiritual - Tantangan Hari Ke-3
Judul Project
Dipta Mengenal Emosi
Rencana
Mengajarkan pada anak untuk mengenalkan dan mengungkapkan emosi yang ia rasakan. Emosi ini dapat berupa tangisan, senyuman, amarah, kekecewaan atau ekspresi bahagia.
Mengenalkan berbagai luapan emosi dari gambar, buku maupun video yang sedang ia lihat.
Aktual/Kendala
Hari ini anakku bertengkar dengan sepupu-sepupunya karena tidak ada yang mau mengalah dan bergantian memakai mainan. Anakku yang pada akhirnya harus mengalah kemudian mengekspresikan emosinya dengan marah dan menangis.
Ia kemudian berguling-guling karena kesal. Aku membiarkannya mengekspresikan emosinya dan menjelaskan padanya bahwa tidak apa-apa merasa marah dan kecewa ketika mainan yang sedang digunakan harus diambil karena sudah waktunya untuk bergantian.
Dipta mengenal rasa marah dan kesal |
Tangisannya tidak berlangsung lama. Setelah selesai dengan emosinya ia datang padaku dan memelukku agar merasa lebih baik.
Refleksi
Hari ini anakku belajar untuk menerima perasaan kecewa. Bukan dari buku, video atau mendengar penjelasanku namun dari pengalamannya sendiri. Aku harap ia dapat menerima perasaan itu dan mengungkapkannya dengan baik agar kelak ia dapat mengelola emosinya dengan baik juga.
% Antusiasme dan Pemenuhan Rencana
95% 🤩🤩🤩🤩
Imawati Annisa Wardhani
Regional Sukabumi
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍