Selalu ada yang pertama kali untuk segala hal, termasuk tulisan ini yang merupakan tulisan pertamaku mereview sebuah film.
Dari kecil, aku senang menonton film baik di bioskop maupun yang ditayangkan di layar televisi. Saking hobinya menonton film, pernah dalam satu minggu aku berturut-turut menonton film saat banyak film-film bagus diputar di bioskop. Itu aku lakukan bersama teman-teman sesama pecinta nonton, habis itu ya hidup hemat gara-gara uang jajan lenyap untuk nonton. Ampun Mak, Pak!
Sedihnya, setelah punya anak aku hampir tidak pernah lagi pergi nonton ke bioskop. Rasanya terakhir kali pergi ke bioskop saat menonton Aladin bersama suamiku, anakku dititipkan bersama neneknya di rumah. Hobiku marathon menonton drama Korea pun berhenti, padahal waktu hamil aku masih rajin marathon drakor. Hihi.
Ngomong-ngomong nonton film, rata-rata film yang aku tonton di bioskop merupakan film-film Hollywood. Jarang sekali menonton film Asia seperti Thailand, Jepang maupun Korea. Entahlah, kurang tertarik saja meski banyak yang bilang filmnya seru.
Aku baru mulai kembali nonton drama Korea saat grup Whatsapp Kelas Literasi Ibu Profesional sibuk membicarakan CLOY Fever alias keranjingan drakor berjudul Crash Landing On You. Berhari-hari ibu-ibu KLIP membicarakan itu hingga aku tergerak untuk kembali menonton drakor setelah sekian lama.
Baca tentang : Mengenang Zaman Marathon Drakor
Berhubung ternyata peminat Korean Drama and Movie dalam grup KLIP begitu banyak kemudian menyebabkan kami lebih sering membahas Korea ketimbang literasi, lol! Akhirnya salah seorang anggota membuat grup baru yang dinamakan "Drakor dan Literasi".
Kehadiran grup ini semakin ramai dengan adanya challenge menulis review film yang sudah disepakati sebelumnya. Waktu menonton kurang lebih 1 minggu dan peserta yang mengikuti kegiatan ini menyetorkan tulisannya di akhir minggu. Berhubung hal ini sesuatu yang baru dan terdengar seru, aku pun turut serta meramaikan challenge ini. Film pertama yang terpilih dan akan di bahas adalah Exit (2019).
Oke lah ya, prolog yang cukup panjang ini kita akhiri saja dan langsung masuk ke pembahasan film Exit yang dirilis pada tahun 2019 lalu. Film ini tentunya merupakan film asal Korea, garapan Sutradara Lee Sang-geun dimana pada tahun yang sama film ini berhasil menyabet penghargaan di 40th Dragon Film Awards serta 28th Buil Film Awards dalam berbagai kategori.
Film ini berkisah tentang Yong-nam (Jo Jung Suk) seorang pria yang dianggap gagal karena belum mendapatkan pekerjaan dan penghasilan sendiri sehingga masih harus menumpang hidup dengan kedua orangtuanya. Lucu melihat Jo Jung Suk yang biasanya berperan sebagai sosok yang cool, dalam film ini bisa berperan sebagai anak mama dan papa yang terkadang manja.
Yong-nam dan keluarganya pada suatu hari mengadakan acara perayaan ulang tahun ibunya yang ke-70 di salah satu gedung yang letaknya cukup jauh dari rumah demi bertemu dengan pujaan hatinya, Eui-joo (Im Yoon Ah) yang bekerja disana. Singkatnya, Eui-joo adalah wanita yang pernah menolaknya semasa kuliah namun Yong-nam masih memendam perasaan hingga sekarang. Mereka juga sama-sama anggota klub panjat tebing semasa masih menempuh pendidikan di institusi yang sama.
Rencana Yong-nam untuk reuni bersama Eui-joo setelah beberapa tahun tidak bertemu berjalan lancar, ia bertemu dan bercerita pada Eui-joo mengenai kehidupannya sekarang yang terdengar begitu keren untuk menutupi kondisi gagalnya saat itu.
Masalah utama terjadi ketika teroris melepaskan gas beracun yang membuat seluruh kota dilanda kepanikan guna menghindari gas yang mengiritasi dan mematikan tersebut. Dari sini kemudian petualangan Yong-nam, Eui-joo beserta seluruh keluarga Yong-nam yang datang ke pesta ulang tahun dimulai.
Dalam film ini diceritakan bagaimana Yong-nam berusaha sekuat tenaga melindungi keluarganya dari ancaman gas dengan memanfaatkan skill memanjat yang selama ini terus ia latih. Ia mencoba membawa keluarganya serta gadis yang ia sukai untuk mencapai tempat tertinggi supaya helikopter penyelamat bisa melihat dan menolong mereka semua.
Bukan hanya Jo Jung Suk yang mempertontonkan kepiawaian aktingnya memanjat gedung pencakar langit, Im Yoon Ah yang biasa berperan sebagai gadis cantik dan kalem serta perlu dilindungi kali ini keluar dari zona nyamannya. Ia juga memperlihatkan skill beraktingnya dengan memainkan gadis tangguh pemanjat tebing dengan sangat baik.
Bahkan, ia pun berani untuk terlihat jelek dengan penampilan compang camping karena harus menghadapi bermacam rintangan demi menyelamatkan diri. Tidak heran ia memenangkan kategori Best Actress pada 3 penghargaan yaitu 4th Asia Actress Award, 20th Woman Film in Korea Festival dan 18th Korea First Brand Awards.
Meskipun filmnya menegangkan karena membawa penonton ikut berpetualang bersama Yong-nam dan Eui-joo, film ini juga menampilkan sisi humornya. Guyonan serta lelucon yang relatable dengan kehidupan sehari-hari kadang muncul dan membuat kita minimal ikut tersenyum.
Di sisi lain, film ini juga memberi makna yang dalam tentang keluarga. Betapa kedua orangtua Yong-nam serta saudara-saudaranya baik kandung maupun ipar sangat menyayanginya meski ia belum sesukses mereka. So sweet deh keluarga mereka tu.
Selain itu, film ini juga menunjukkan kecanggihan teknologi terkini seperti drone yang dimanfaatkan oleh para youtuber untuk siaran langsung guna menarik penonton sebanyak-banyaknya sekaligus menunjukkan sisi kemanusiaan mereka untuk saling membantu.
Satu lagi yang membuat aku terkesan yaitu bagaimana pemerintah Korea cepat tanggap menangani bencana yang sedang terjadi. Bagaimana tenda-tenda darurat segera disiapkan, sosialisasi mengenai penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dalam keadaan darurat yang langsung tersebar dengan cepat ke masyarakat, juga tim penyelamat yang langsung bergerak dan sangat teliti saat melakukan penyisiran untuk mennyelamatkan korban.
Sepertinya bagian ini tidak sepenuhnya rekayasa mengingat bagaimana hebatnya negara Korea Selatan bisa menangani wabah Corona saat ini, ya!
Oiya, film ini tidak mengandung adegan dewasa sehingga aman ditonton bersama anak-anak. Namun, tetap harus dalam pendampingan dan pengawasan orang tuanya.
Pada akhirnya, Exit membuat aku menonton film bioskop selain film yang diproduksi Hollywood. Exit juga lah film pertama yang membuat aku menulis reviewnya. Hehe.
Secara keseluruhan film ini cukup menghibur dan tidak membuat kepala panas karena berpikir keras. Filmnya ringan dengan bahasa yang juga mudah dipahami.
Buat kalian yang masih penasaran dan ingin mengulik lebih jauh tentang film ini, baca juga tulisan teman-teman "drakor dan literasi" di bawah ini :
Sekian cerita kali ini. Sampai jumpa!
Sukabumi, 17 Mei 2020
6 Komentar
AKu setuju.
BalasHapusYoona berani keluar dari zona nyaman. Dan doi malah aku bilang sukses memerankan karakter cewe tangguh tapi tetap rapuh bila dihadapkan dengan situasi hidup dan mati begini.
Cakeepp~
Setangguh apapun cewek mbak len, pasti ada sisi rapuhnya. Hiyaaa~ haha..
Hapusbisa aja menemukan 3 kata yang tepat untuk film ini. anakku takut nontonnya karena saking serunya, tapi akhirnya ikut lega karena ga sampai jatuh. semoga ada makin banyak film-film keluarga yang aman ditonton sama anak-anak seperti ini ya
BalasHapusMenemukan 3 kata itu berpikir keras buat ngasih judul tulisan mba. Haha.
HapusIya, seru deh. Bisa juga biar anak2 jd tertarik nonton film kan ntar pas gede bisa gandeng mama'y k bioskop. Hehe *ngarep
kereeeen Kaakkk.. Sepakat, menegangkan ya padahal dibumbui comedy juga
BalasHapusIya sometimes ada adegan yg lagi bikin deg2an tiba2 pengen ketawa gara2 kocak. Hehe..
HapusTerima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍