Sedih sekali, memasuki pertengahan bulan April ini korban-korban Covid-19 belum juga menunjukkan tanda-tanda penurunan. Seperti yang kita simak di media, jumlahnya terus meningkat dari hari ke hari. Di Indonesia, korban meninggal masih lebih banyak daripada mereka yang dinyatakan sembuh.
Beberapa menyebut yang meninggal kebanyakan memang sudah memiliki komplikasi penyakit berat lain, apa pun alasannya tetap saja Covid-19 yang memperparah kondisi mereka hingga akhirnya tidak sanggup lagi bertahan.
Mengenaskannya lagi, para pejuang di garda depan untuk menangani pasien Covid-19 pun tidak sedikit yang menjadi korban. Para dokter, perawat, apoteker dan profesi lain terutama yang bekerja langsung menangani pasien ambruk karena beberapa faktor. Kelelahan luar biasa yang membuat sistem kekebalan tubuh mereka menurun, kurangnya alat pelindung diri yang mereka gunakan hingga ketidakpatuhan pasien bisa jadi pemicu menularnya virus ini hingga ke para tenaga kesehatan.
Sudah berusaha dan berjuang tanpa pamrih, masih saja ada yang tidak memanusiakan mereka. Seperti warga yang menolak jenazah seorang tenaga kesehatan yang positif Covid-19. Tega sekali ya, padahal kalau mereka sakit dan separah apa pun penyakit mereka pastilah para tenaga kesehatan yang berusaha merawat mereka. Bagaimana jika kondisinya dibalik? Sungguh tidak habis pikir melihat berita tersebut merupakan suatu kenyataan.
Saat grup kuliahku membagikan informasi mengenai lowongan pekerjaan sebagai relawan di rumah sakit untuk menangani pasien Covid-19, tak menyangka antusiasnya begitu besar hingga pendaftaran pun tidak lama kemudian ditutup. Bahkan aku membuka grup saat pendaftarannya sudah ditutup.
Apa yang melandasi mereka tanpa ragu mengajukan diri untuk terjun ke medan perang? Uang? Tentu saja bukan, menurutku besarnya pendapatan yang akan dibayarkan masih jauh dari kata cukup apalagi lebih jika dibandingkan dengan besarnya perjuangan mereka mempertaruhkan nyawa demi para pasien Covid-19.
Lalu? Besarnya empati dan luasnya hati mereka untuk menolong sesama. Duh, sedih bener nulis beginian. Bukan sembarang orang yang sanggup menerima job ini, bukan yang dipanggil interview melainkan yang hatinya terpanggil. Karena Tuhan yang menggerakkan hati mereka, Dia juga lah yang sanggup memberi bayaran yang sesuai dengan apa yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan. Imbalan pahala yang sangat besar tentunya sudah menunggu jika mereka bekerja dengan sepenuh hati.
Untuk para pejuang di garis depan semua, hanya ucapan terima kasih dan do'a yang bisa aku sampaikan. Tentunya aku menulis ini dengan tulus dan berusaha melihat dari sudut pandang kalian yang pastinya tidak akan serupa. Berat pasti harus jauh dari keluarga, menghadapi bahaya dan tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi di kemudian hari. Tetap semangat!
Tetap jaga kesehatan, jangan lupa makan, bersih-bersih diri dan selalu menyalurkan energi positif kalian. Aku yakin bukan hanya pasien yang butuh support, kalian pun demikian. Selalu berdo'a agar pandemi ini segera berlalu, jumlah pasien semakin berkurang hingga menghilang dan pada akhirnya kalian semua bisa berkumpul kembali dengan keluarga tercinta.
Terima kasih karena sudah berjuang untuk sesama, kalian adalah pahlawan bangsa ini. Aku ingin memberikan satu kutipan yang kurasa pas jika ditujukan untuk para pejuang kesehatan di garda terdepan, "Heroes are ordinary people who make themselves extraordinary."
Yogyakarta, 16 April 2020
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍