Banyaak sekali tulisan-tulisan yang membahas tentang Super Mom. Tidak heran sebab menjadi seorang ibu memang merupakan suatu hal yang luar biasa. Banyak hal yang berubah ketika seorang wanita lajang meneruskan hidupnya dengan menikah dan memiliki anak. Tidak sedikit pula yang rela mengorbankan karir serta cita-citanya semasa muda untuk banting setir mengurus rumah tangga dan anak-anaknya. Menjadi ibu kemudian diidentikkan dengan menjadi seorang yang wajib bisa multitasking, maka dari situ ibu kerap dijuluki "Super Mom,".
Bagiku, julukan Super Mom itu benar adanya. Aku seperti mendapat kekuatan super setelah mengemban amanah untuk mengurus dan membesarkan anak. Jika Spider Man yang mampu mengeluarkan jaring laba-laba dari tangannya maka kekuatan super yang aku miliki adalah mampu mengalahkan rasa takut.
Jujur saja semenjak masih gadis, aku adalah seorang yang penakut dalam banyak hal. Takut petir, takut gelap ketika mati lampu, takut hantu, takut kotor (it's real. Haha!), banyak deh apa-apa ketakutan. Payah banget! Tapi semua berubah setelah aku melahirkan anakku.
Aku ingin anakku menjadi seorang yang pemberani, seperti arti dari nama belakang yang ku sematkan padanya. Untuk merealisasikan cita-citaku membesarkan anak laki-laki yang pemberani, aku sadar bahwa aku pun sebagai pendidiknya tidak boleh banyak takutnya. Gimana mau berani kalau ibunya saja penakut, yekan?
Sedikit demi sedikit aku pun mulai mencoba mengalahkan rasa takut pada hal yang sebelumnya aku takutkan. Berusaha tetap stay cool saat petir menyambar-nyambar dengan suaranya yang menggelegar, agar anakku pun tetap stay cool dan menganggap normal suara keras tersebut. Berusaha tidak panik saat PLN mematikan listrik perumahan di malam hari ketika suami belum pulang kerja dan anak masih terjaga, agar anakku pun tetap tenang dengan kondisi gelap gulita seperti itu. "Tenang, Nak. Jangan takut, ada mama disini. Nggak apa-apa, ini cuma mati lampu kok!" padahal lutut sudah lemas gemetar ketakutan mencari senter dan lilin untuk penerangan.
Entah darimana datangnya super power itu, yang jelas saat bersama anakkku, tidak ingin rasanya menunjukkan sisi lemahku sebagai orang yang penakut. Aku lebih takut ketika ia dewasa nanti ia takut dengan kecoa dibandingkan ketika aku menghadapi kecoa saat berdua dengannya di rumah. Aku tidak ingin nantinya ia takut ketika dimintai tolong untuk mengambil barang di kamar yang lampunya tidak menyala. Sebagai orang yang selalu berada di dekatnya, aku harus menjadi panutan yang baik. Itu saja prinsip yang selalu aku pegang.
Sebenarnya, kekuatan ini sudah muncul sejak aku hamil. Sebagai manusia normal, wajar jika kita takut saat akan merasakan sakitnya kontraksi dan melahirkan. Apalagi mendengar cerita pengalaman banyak ibu-ibu lain, yang membuat kepala cenat cenut. Tapi, rasa takut itu terkalahkan dengan semangat untuk segera bertemu si kecil yang sudah dinanti-nanti selama 9 bulan. Belum lagi ketika akhirnya aku harus berujung berbaring di ruang operasi untuk menjalani bedah caesar, lagi-lagi aku harus berjuang mengalahkan rasa takutku saat menjalankan operasi.
Menjadi ibu adalah suatu pengalaman luar biasa. Banyak pelajaran yang bisa diambil, banyak pengalaman seru yang harus "dinikmati", banyak tantangan yang membuat kita harus survive untuk bisa lanjut ke level selanjutnya. Sebuah perjalanan yang membuat kita harus lebih banyak bersyukur.
Begitulah kira-kira ceritaku mendapat kekuatan super setelah memiliki anak, aku yakin banyak kekuatan lain yang dimiliki seorang ibu. Kalau kalian bagaimana, Moms? Apa kekuatan super kalian setelah menjadi ibu?
Sukabumi, 12 Maret 2020
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍