Suatu hal yang tidak aku sukai ketika mengajak anak bepergian baik travelling atau pun mudik adalah ketika keteraturan anakku berubah. Waktu bangun tidur, mandi, sarapan, tidur siang, makan siang dan aktivitas harian lainnya berubah menyesuaikan kondisi lingkungan barunya. Belum lagi ketika tidak mau disuruh tidur karena masih excited mengeksplorasi tempat baru.
Berbanding terbalik dengan saat ia diam dirumah. Aktivitas hariannya selalu kubuat teratur dan terjadwal mulai dari bangun pagi, jalan-jalan, sarapan, mandi, makan camilan, tidur siang, makan siang, hingga tidur malam sudah teratur sedemikian rupa dan ia pun kooperatif menjalankan aktivitasnya. Jarang ada drama nangis-nangis atau tantrum kecuali dia sedang sakit atau ada kebutuhannya yang belum terpenuhi (misal sangat lapar atau terlalu mengantuk).
Saat pulang ke rumah mertua di Bandung beberapa waktu lalu, aku sangat kewalahan menjaga anakku yang maunya main seharian. Bolak-balik menemani naik turun tangga sampai pinggang rasanya mau copot, berlari-lari kesana kemari ingin ikut kakak sepupunya bermain, selalu berusaha kabur keluar pagar untuk main dijalan raya dan menangis jika dibawa masuk kembali kedalam rumah. Duh, Gusti nu Agung!
Belum lagi karena ingin bermain terus bersama sepupunya, ia jadi malas makan dan tidak mau tidur. Pun sempat tantrum ketika harus selesai mandi, berteriak menangis histeris hingga membuat heboh keluarga suami. Mertua sampai bertanya, "Ini anaknya setiap hari nangis kayak gini?" Hadeehh, baru kali itu dan waktu dirumah kakek doang nih! Tangisannya terus berlanjut hingga sesi makan tiba, ia yang dasarnya memang sudah kelaparan mengamuk saat aku lambat sedikit menyuapinya. Drama banget. Padahal usianya baru 1 tahun 3 bulan, harusnya belum masuk fase terrible two dong!
Setelah kembali ke kehidupan teraturnya dirumah kami, ia pun menjadi kalem dan stay cool seperti biasanya. Aktif berlarian kesana kemari tapi patuh saat diberi peringatan agar tidak keluar pagar kecuali ditemani olehku. Makan, mandi, tidur dan lainnya normal tanpa tangis dan amukan.
Suatu waktu suamiku diharuskan bekerja lembur hingga seminggu lebih dan pulang larut malam hingga pukul 23.00 WIB. Ia yang merasa kasihan denganku memberiku opsi untuk stay di Bandung selama ia masih sibuk lembur, biar disana ada temannya. Begitu katanya. Namun tawaran tersebut langsung aku tolak! Terbayang kelelahan mengurus anak yang pastinya berpuluh kali lipat seperti saat disana terakhir. Kemudian aku menjelaskan alasannya pada suamiku, "Anak kita masih sangat butuh keteraturan. Kalau dirumah dia sudah biasa teratur hidupnya, emosinya juga jadi lebih stabil. Aku ngurusnya juga jadi lebih gampang. Beda sama kalau kita mudik," akhirnya suamiku mengerti dan aku tetap tinggal dirumah berdua dengan anakku meski suami pulang tengah malam.
Menurut metode Montessori, seorang anak memiliki periode sensitif terhadap keteraturan pada rentang usia 0-3 tahun. Dikutip dari buku tulisan Zahira Zahra yang berjudul "Islamic Montessori" maksud dari periode sensitif ini adalah periode kesempatan anak mempelajari konsep yang lebih spesifik dengan lebih mudah daripada di usia lain dalam kehidupan mereka.
Keteraturan ini penting untuk anak untuk membuat anak merasa aman dilingkungan tempat tinggalnya. Membiasakan teratur juga membentuk kebiasaan anak akan aktivitas sehari-harinya, disamping itu kebiasaan ini menanamkan konsep disiplin pada anak sejak dini. Kelak ia akan merasakan manfaat dari keteraturan ini.
Lah terus anaknya ngendon dirumah aja dong? Berarti travelling pada anak/bayi itu sesuatu yang tidak bagus dilakukan? Ya bukan begitu juga. Dari yang aku mengerti, anak usia 0-3 tahun itu belum paham betul konsep dari travelling. Anak hanya tau bahwa dia bisa berpindah tempat dengan merangkak/berjalan/berlari, sebatas itu. Ketika anak bepergian ke tempat yang jauh dan ke tempat baru, ia perlu waktu untuk mengenal lingkungannya kembali.
Sama halnya dengan orang dewasa yang bepergian ke tempat baru, masih harus mengeksplorasi tempat tersebut untuk tau dimana hotel tempat menginap, dimana tempat jual makanan, dimana bisa beli oleh-oleh, dan sebagainya. Anak pun demikian, bingung apa yang harus dilakukan pada lingkungan barunya. Wajar jika keteraturannya berubah.
Tips untuk mengajak anak travelling dengan tetap menjaga keteraturannya adalah melakukan sounding sejak jauh hari bahwa ia akan pergi ketempat lain, selain itu usahakan agar tetap mengikuti jadwal harian anak yang terbiasa ia lakukan sehari-hari. Supaya anak tetap merasa aman dilingkungan barunya.
Berdasarkan pengalamanku kemarin, aku meloskan anak untuk terus bermain meski sudah waktunya ia makan dengan pertimbangan yaudah ntar kalau lapar juga minta makan. Akibatnya, karena kebutuhannya tidak terpenuhi si anak yang biasanya cool boy menjadi tantrum dan sulit dikendalikan karena terlalu asyik bermain hingga kelaparan berat. Ya nggak tau juga dia lapar berat, ditawari ASI pun menolak saat itu dan lebih memilih main, ku pikir masih ada stock makanan siang hari diperutnya. Bicara pun dia belum bisa. Haha. Sudah, dijadikan pelajaran saja.
Intinya, dimana pun dan kapan pun sebaiknya kita sebagai orangtua tetap memberlakukan jadwal harian anak untuk membentuk keteraturan yang memang sedang dibutuhkan saat anak berusia 0-3 tahun. Baik itu dirumah, mau pun pada saat travelling atau pergi mudik. Sekian.
Sukabumi, 24 Februari 2020
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍