Sejak sebelum menikah, aku membayangkan diriku yang gemar bepergian alias travelling ini akan membawa serta suami dan anakku dalam perjalananku ke berbagai destinasi. Suatu hari saat aku pergi ke Derawan (Kalimantan Utara) ada sepasang suami istri yang mengajak balitanya ikut serta dalam Open Trip kami. Aku lupa usia pastinya, yang jelas masih dibawah 5 tahun. Ibunya bercerita sejak usia 2 bulan, Vito, sudah diajak bepergian ke berbagai pulau oleh kedua orangtuanya. Melihat keluarga muda tersebut, terbesit dipikiranku betapa serunya jika nanti aku bisa travelling bersama keluarga.
Setelah menikah dan hamil, hobi travellingku berhenti total dikarenakan aku harus lebih banyak bedrest demi menjaga kandunganku saat itu. Sedih sekali rasanya hanya menghabiskan waktu dirumah sepanjang hari, sepanjang minggu dan sepanjang bulan. Pergi ke mall tak seberapa lama saja rasanya aku mau pingsan dan harus bedrest selama kurang lebih 3 hari.
Setelah punya anak, aku bertekad untuk merealisasikan mimpiku untuk tidak menjadikan buah hatiku hambatan dalam travelling. Mulai usia 3 bulan, anakku sudah ku boyong ke Bandung dari Yogyakarta menggunakan kereta api. Pengalaman pertama membawa bayi dalam perjalanan jauh sungguh membuat jantung dag-dig-dug, tidak semulus yang dibayangkan, ternyata bayiku hampir tidak mau dibawa duduk selama 8 jam perjalanan kala itu. Aku dan suamiku bergantian menggendongnya berjalan menyusuri koridor gerbong kereta api demi menenangkannya yang rewel saat dibawa duduk. Ketidaknyamanan juga kurasakan saat harus menyusui didalam kereta, meski pun sudah persiapan menggunakan baju busui bukaan samping tetap saja itu pengalaman pertamaku memberi ASI secara langsung ditempat umum dan membuatku merasa kurang nyaman saat melakukannya.
Beberapa bulan kemudian, aku dan keluarga kecilku kembali ke Yogyakarta untuk merayakan Idul Fitri disana. Kami pergi menggunakan kereta api dan pulang ke Bandung dengan pesawat. Pengalaman kedua naik kereta api lebih mulus dari sebelumnya, anakku surprisingly tidak rewel sama sekali, menikmati perjalanan malam dan tidur hampir sepanjang perjalanan kami dikereta. Mungkin karena aku dan suamiku juga lebih percaya diri saat akan membawanya pergi berkereta untuk yang kedua kalinya.
Saat pulang ke Bandung dengan pesawat, dimana itu adalah pengalaman terbang pertama anakku, rasa khawatir kembali muncul. Jauh-jauh hari aku melakukan sounding padanya bahwa kami akan naik pesawat dan agar dirinya nyaman selama perjalanan. Hasilnya, alhamdulillah terlewati dengan lancar. Ketakutan akan anakku akan rewel saat take off dan landing tidak menjadi kenyataan, nyatanya ia stay cool saat take off dan terlelap saat landing.
Setelah itu, aku benar-benar nyaman membawa anakku bepergian. Kami bolak balik pergi ke Yogyakarta, menghadiri acara pernikahan ke Jakarta, Lampung hingga Martapura (Sumatera Selatan). Tentunya tidak semua perjalanan terlewati dengan mulus 100%, selalu ada cerita disetiap perjalanan. Namun, karena tekadku yang bulat untuk mengajaknya ikut kemana pun aku pergi selama masih bisa dilakukan (Kalau sudah besar anaknya nggak mau lagi kan. Hiks..) maka kendala apa pun kuhadapi dan tidak menjadikannya ganjalan untuk membawanya pergi ke perjalanan berikutnya.
My Baby's First Time Travelling by Train
Beberapa tips yang inginku bagikan saat membawa si kecil travelling antara lain :
1. Sounding
Jangan remehkan "the power of sounding", berikan afirmasi positif pada si kecil jauh-jauh hari sebelum perjalanan. Katakan padanya bahwa ia akan pergi menggunakan transportasi "...", agar ia menikmati perjalanannya dan ceritakan hal-hal menyenangkan lainnya tentang perjalanan serta tujuannya nanti.
2. Percaya Diri
Kesalahanku saat pertama kali membawa bayiku naik kereta adalah aku kurang percaya diri dan tidak sepenuhnya yakin anakku dapat menikmati perjalanannya. Terlalu banyak kekhawatiran justru membuat kenyataannya berbanding lurus dengan apa yang kita pikirkan. Banyak yang bilang bahwa apa yang dirasakan oleh orang tua terutama ibu sering kali dirasakan pula oleh si anak. Maka, percayalah pada diri sendiri bahwa kita akan menikmati perjalanan yang menyenangkan bersama keluarga.
3. Persiapan yang Matang
Dimulai dari pakaian anak yang nyaman selama diperjalanan, perlengkapan jika suhu udara dingin (jaket, selimut, topi, kaos kaki, minyak telon, dll.), baju menyusui yang nyaman untuk si ibu (jika masih menyusui), camilan/makanan dan minuman anak (jika sudah melewati masa ASIX) serta beberapa mainan kesukaan si kecil.
4. Penuhi Basic Needs Si Kecil
Dalam fase awal kehidupannya, anak kecil sangat sensitif terhadap keteraturan. Adanya hal yang berubah dari sesuatu yang sudah menjadi kebiasaannya akan membuatnya tidak nyaman dan ini akan membuatnya rewel. Penuhilah kebutuhan dasarnya seperti menyusu/makan-minum dan tidur sesuai jadwal seperti biasa meski pun sedang berada dalam perjalanan mau pun saat berada ditujuan.
5. Practice Makes Perfect
Last but not least, jangan kapok bila perjalanan pertama dengan si kecil tidak sesuai harapan, teruslah ajak ia bepergian menggunakan berbagai moda transportasi agar ia terbiasa. Sama seperti orang dewasa, anak pun butuh waktu untuk terbiasa dan beradaptasi dengan keadaan "baru"nya.
Kurasa sekian tips yang dapat kubagikan agar si kecil terlatih menjadi traveller sejak dini. Tetaplah bersemangat walau pun bepergian dengan bayi (dan atau anak) pastinya jauh lebih ribet daripada pergi sendirian. Jangan menjadikannya alasan untuk tidak membawa serta dirinya dalam perjalanan kita (jika memungkinkan) karena waktu kebersamaan kita dengan anak-anak tidak dapat tergantikan dengan apa pun, buatlah berjuta kenangan indah untuk dikenang dimasa yang akan datang 😊
Bandung, 23 Oktober 2019
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍