Pada tahun 2014,
aku sempat menghabiskan waktu liburan bersama keluargaku di menghabiskan waktu
disana bersama keluargaku kota Makassar yang berada di bagian selatan pulau
Sulawesi. Disana, aku langsung jatuh cinta pada beragam kuliner khas Makassar
seperti Coto, Palu Basa, Sup Saudara,
Mie Titi, Konro dan masih banyak lagi. Pemandangan alam yang disajikan
disana pun tak kalah menarik dan memanjakan mata. Selama liburan disana, kami
mengunjungi Pantai Losari, Benteng
Rotterdam, Taman Nasional Bantimurung, Malino, Leang-Leang dan Bendungan
Bili-bili.
Aku yang penasaran dengan Tana Toraja dan
pantai-pantai didaerah Bulukumba berjanji akan kembali ke Makassar dan
mengunjungi tempat tersebut. Hal ini dikarenakan masa liburanku dan keluarga
yang singkat sehingga kami tidak sempat mengunjunginya.
Sebelum menikah,
aku dan (saat itu masih calon) suamiku yang sama-sama memiliki hobi travelling merancang perjalanan honeymoon kami. Sebelum menjadi suami
istri, aku dan suamiku adalah teman travelling
yang hobi pergi ke pantai. Beberapa destinasi sempat masuk daftar seperti Wakatobi
dan Takabonerate, tapi karena perjalanan ke daerah tersebut memakan waktu yang
cukup panjang sedangkan liburan kami singkat, kami mencoret kedua daerah
tersebut dari list. Akhirnya, kami
mencari alternatif yang paling possible
yaitu Lombok dan Bali, dimana kami sama-sama menyukai daerah tersebut dan ingin
kembali kesana. Kemudian, (calon) suamiku mengatakan keinginannya untuk pergi
ke Makassar, disamping karena ia belum pernah kesana, ia ingin mengunjungi
keluarganya yang tinggal disana. Tanpa berpikir panjang, dengan senang hati aku
mengiyakannya.
Waktu yang kami
luangkan untuk berlibur di Makassar adalah 4 hari 3 malam, mulai tanggal 16-19
Januari 2018. Aku langsung memasukkan Tana Toraja sebagai salah satu tujuan
wisata kami, aku mengalokasikan waktu 2 hari 1 malam untuk perjalanan PP.
Namun, sayang seribu sayang mimpiku untuk mengunjungi Tana Toraja kembali
menjadi keinginan semata karena kami ditipu oleh driver yang sudah menjanjikan dirinya untuk mengantar kami kesana.
Melihatku begitu
kecewa dan bersedih, suamiku menghubungi sepupunya yang tinggal disana yaitu
Adi dan menceritakan kejadian ini. Adi dan kakaknya yaitu Kak Upi kemudian
mengajak kami untuk pergi jalan-jalan ke pantai Tanjung Bira dan pantai Bara,
pantai-pantai didaerah Bulukumba. Aku yang melihat cuaca saat itu sedang tidak
baik (sering mendung dan hujan), awalnya ragu untuk pergi kesana. Tapi, apa
salahnya dicoba? Lagi pula aku yang seorang pecinta pantai penasaran juga
dengan pantai didaerah sana.
Aku, suamiku,
Adi dan Kak Upi berangkat ke Bulukumba pada tanggal 18 Januari 2018 mulai pukul
09.00 WITA. Perjalanan kesana memakan waktu kurang lebih 4,5 - 5 jam. Sepanjang
perjalanan kami melewati beberapa daerah seperti kota Sangguminasa yang bertempat di Kabupaten Gowa, kota Takalar di Kabupaten Takalar, kota Jeneponto
yang merupakan kota terpanjang sepanjang perjalanan ke Bulukumba dan terakhir
kota Bantaeng di Kabupaten Bantaeng yang menurut Adi dan
Kak Upi termasuk ke dalam kota yang cukup maju didaerah Sulawesi Selatan ini.
Setelah itu, kami mulai memasuki Kabupaten
Bulukumba dimana level excitement-ku
langsung meningkat apalagi melihat cuaca yang masih terbilang aman untuk pergi
ke pantai.
Memasuki kawasan
wisata Pantai Tanjung Bira, kami
harus membayar tiket masuk seharga Rp. 15.000,- per orang (dewasa) dan biaya parkir
mobil sebesar Rp. 10.000,-. Sesampainya disana, pantai berasa milik pribadi. Mungkin
karena kami berkunjung kesana dihari kerja yaitu hari Kamis. Pemandangan laut
biru-toska yang disajikan benar-benar menyejukkan mata dan membuatku melupakan
rasa sedih karena gagal mengunjungi Tana Toraja. Sayangnya, langitnya saat itu
agak mendung dan ombaknya sedang tinggi tapi hal ini tidak lantas menyirnakan
keinginanku untuk berswafoto dan berjalan menyusuri pinggir pantai sambil sesekali
menyentuh air lautnya.
Meresapi Keindahan Pantai dan Laut di Tanjung Bira
Kami berempat
yang saat itu kelaparan pun mencari warung makan disekitar situ, entah mengapa
banyak warung makan pinggir pantai yang tutup. Akhirnya, kami makan disebuah
rumah makan yang letaknya cukup jauh dari pantai dan tertutup beberapa bangunan
sehingga kami tidak dapat melihat pemandangan pantai dari sana.
Setelah kenyang
mengisi perut yang keroncongan, kami melanjutkan perjalanan lagi ke Pantai Bara yang letaknya tidak jauh
dari Pantai Tanjung Bira. Akses menuju kesana menggunakan mobil cukup sulit
karena jalannya yang masih berupa tanah dan bebatuan serta melewati hutan dan
semak-semak. Sesampainya disana, lagi-lagi pantai berasa pantai pribadi. Hanya ada
kami dan sepasang muda-mudi yang sedang asyik berfoto dibawah batu karang yang
ada dipantai itu.
Pemandangan di
Pantai Bara tidak jauh berbeda dengan di Tanjung Bira, masih dengan laut
biru-toska yang ‘ngademi’ dan karang-karang besar yang mengelilingi. Perbedaannya
adalah ombak dipantai ini relatif lebih tenang dibandingkan di Tanjung Bira
tadi, sehingga ingin rasanya menceburkan diri ke laut sana. Aku dan suamiku menghabiskan
waktu dengan berjalan-jalan menyisir pantai dan berfoto-foto.
Husband and Wife yang Masih Canggung Foto Gandengan. Hehe...
Tak lama
kemudian, suamiku dan Adi yang tak tahan dengan godaan pun langsung nyemplung
ke laut. Aku yang saat itu sedang kedatangan ‘tamu bulanan’ memutuskan untuk
tidak ikut berenang karena nggak mau rempong. Kak Upi menemaniku ngobrol
dipinggir pantai sambil duduk-duduk diatas pasir yang putih dan lembut.
Sudah jauh-jauh
kesana, kami menunggu pemandangan sunset yang terlukis dipantai Bara. Namun,
berhubung cuaca mendung, nggak tampak deh tuh matahari dan
semburat-semburatnya. Hiks :’(
Matahari yang Enggan Menampilkan Pesonanya di Sore itu
Akhirnya kami
pulang kembali ke Makassar dan tiba pukul 23.00 WITA. Kami yang sudah kelaparan
lagi sempat mampir untuk makan Sup Saudara. Sebuah penutup yang menyenangkan
untuk hari yang membahagiakan ini.
Terima
kasih suamiku untuk tidak membiarkan aku terlarut dalam kesedihan dan mengembalikan
mood liburanku. Terima kasih Adi dan
Kak Upi yang sudah berbaik hati menggeser jadwal kerjanya untuk menemani kami
liburan. Terima kasih Allah SWT, yang telah menuntunku ke Pantai Tanjung Bira
dan Bara yang menakjubkan untuk jalan-jalan disana bersama dia yang sekarang
menjadi suamiku :D
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍